Kamis, 21 Maret 2013

KRISIS GLOBAL PENDIDIKAN JASMANI


KRISIS GLOBAL
PENDIDIKAN JASMANI

          Baru sebagian warga Jawa Tengah yang menyadari olah raga sebagai sebuah kebutuhan. Kesadaran ini belum merata di semua lapisan masyarakat. Penyebabnya bukan ketidaktahuan akan manfaat olah raga namun lebih karena kebiasaan dan gaya hidup serta perbedaan cara pandang tentang olah raga. Pergeseran orientasi terhadap jenis dan nilai olah raga terjadi akibat perubahan dalam gaya hidup.
Pertama, gaya hidup yang berorientasi mengejar kesenangan dan kenyamanan fisik berpengaruh nyata terhadap perubahan kultur gerak.  Banyak karyawan atau pekerja kantoran menghindari naik turun tangga. Mereka lebih suka menggunakan lift. Pada masa usia dini, "kenyamanan" pun secara tidak sadar ditanamkan. Alih-alih harus berjalan kaki, anak-anak berangkat ke sekolah dengan menggunakan kendaraan antar jemput.
Kedua , pergeseran gaya hidup pun memengaruhi masyarakat dalam memandang olah raga. Berolah raga kini tidak selalu dikaitkan dengan kompetisi dan prestasi, tetapi juga karena tujuan lain, terutama sebagai gaya hidup. Itulah sebabnya, klub-klub senam kebugaran, pengobatan, dan kemolekan tubuh marak di mana-mana dan lebih populer dibandingkan senam ritmik dan cabang prestatif lainnya.
Ketga , pilihan jenis dan tujuan olah raga pun bergeser. Orientasi olah raga yang langsung atau tidak langsung bersifat ekonomi tumbuh semakin tajam. Orientasi ekonomi langsung, terlihat pada "perkawinan" antara olah raga dengan ekonomi. Olah raga pun kini memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Bahkan dalam dua dekade terakhir, ekonomi olah raga tumbuh dengan eskalasi makin besar. Kontribusi olah raga bagi pertumbuhan ekonomi tampak dalam pengembangan industri olah raga.
Di negara maju olah raga sudah terindustrialisasi secara masif. Perubahan struktur ini juga diikuti dengan penanaman nilai-nilai profesionalisme secara ketat. Semakin besar nilai kontrak, misalnya, semakin berat beban profesionalisme sang atlet. Ternyata, industrialisasi olah raga pun mengalami globalisasi. Seperti juga di bidang lain di luar olah raga, globalisasi industri olah raga pun membuat bangsa kita tergagap. Kita tidak siap bersaing dan hanya menerima luberan pengaruh kultur olah raga pada skala global.
Nilai profesionalisme pun mulai ditanamkan di kalangan atlet nasional, meski tidak utuh seperti yang berlaku pada masyarakat yang industri olah raganya sudah maju. Namun gejala umum berlaku dalam dunia olah raga kita adalah bahwa ternyata perubahan stuktur (seperti aturan transfer) tidak selalu diikuti kultur profesional. Itulah sebabnya, tawuran kerap terjadi pada ajang yang mengusung bendera profesionalisme.
Pengaruh olah raga terhadap ekonomi juga bisa bersifat tidak langsung. Olah raga telah mengurangi beban pengeluaran masyarakat dalam aspek kesehatan. Derajat kebugaran jasmani dan kesehatan yang baik akan menurunkan biaya perawatan kesehatan, dan malah meningkatkan produktivitas kerja. Dalam konteks pembangunan Jawa Tengah, pembinaan olah raga diharapkan memberikan daya ungkit (leverage) bagi pencapaian target pembangunan masyarakat. Meski tidak langsung, daya ungkit olah raga bagi pencapaian Akselerasi Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Guna Mendukung Pencapaian Visi Jawa Tengah 2010 diyakini akan signifikan.
Pencapaian visi dan misi pemerintah daerah membutuhkan dukungan semua pihak. Pada sisi ini, derajat kesehatan aparatur dan masyarakat yang baik secara tidak langsung akan berdampak terhadap peningkatan kinerja dan kualitas penyelesaian tugas.
Bagaimanapun peningkatan kualitas dan produktivitas sumber daya manusia Jawa Tengah, pengembangan struktur perekonomian regional yang tangguh, dan pemantapan kinerja pemerintah daerah membutuhkan dukungan aparatur yang sehat. Demikian pula dengan peningkatan implementasi pembangunan berkelanjutan dan peningkatan kualitas kehidupan sosial yang berlandaskan agama dan budaya daerah membutuhkan dukungan masyarakat yang sehat secara fisik dan mental.

Pemberdayaan masyarakat
Olah raga telah lama menjadi instrumen pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa. Peran ini bukan hanya diperlihatkan dalam ajang Pekan Olah Raga Nasional (PON) I yang terkesan heroik, tetapi juga diperlihatkan dalam berbagai even olah raga yang digelar sebelumnya. Kini, lingkungan strategis olah raga telah berubah. Tantangan yang dihadapi bangsa-bangsa bukan melepaskan diri dari belenggu kolonialisme, tetapi memacu persaingan dan mengejar kesetaraan dalam hubungan antarbangsa. Dalam lingkup global, terjadi peningkatan kesadaran akan saling ketergantungan antarbangsa melalui difusi kultur olah raga. Dalam konteks ini, permasalahan sistem keolahragaan nasional tidak terlepas dari tekanan politik, ekonomi, dan budaya global.
Sementara dalam skala nasional, perubahan paradigma pembangunan nasional ke arah desentralisasi diikuti pula perubahan dalam kebijakan pembinaan olah raga yang searah dengan demokratisasi dalam segala bidang. Pembinaan olah raga akan lebih banyak melibatkan partisipasi dan prakarsa masyarakat. Perubahan ini semestinya diikuti oleh pemberdayaan masyarakat di bidang olah raga. Selaras dengan semangat zaman, derajat partisipasi masyarakat dalam pembangunan olah raga akan menentukan postur dan kemajuan pembangunan olah raga suatu daerah. Masyarakat bukan hanya perlu didorong dalam menjadikan olah raga sebagai kebutuhan, tetapi juga mengambil peran dalam memajukan olah raga daerah.
Pembangunan olah raga yang bertumpu pada peran serta masyarakat dulu telah dicoba dalam kemasan gerakan memasyarakatkan olah raga dan mengolah ragakan masyarakat. Gerakan ini memerlukan revitalisasi sehingga menjadi focal concern baru. Hal ini bukan tidak mungkin, karena tekanan hidup menuntut masyarakat mengubah pola hidup. Pilihan pola hidup sehat dapat menjadi solusi di saat krisis. Tentu saja kebijakan ini memerlukan instrumen pendukungnya. Pembangunan sarana prasarana olah raga selain harus memperhatikan sebaran demografis juga tidak melupakan kebutuhan penyediaan pelayanan olah raga bagi anggota masyarakat yang memiliki keterbatasan khusus.
Pengembangan pelayanan olah raga untuk kelompok khusus, terutama untuk orang cacat masih membutuhkan peningkatan dalam berbagai aspek. Untuk pembinaan kelompok khusus ini, kita masih kekurangan tenaga pembina yang kompeten maupun sarana dan prasarana untuk mendukung pelaksanaan pembinaan. Sedangkan dalam hal pembinaan olah raga prestasi perlu didukung peningkatan sarana prasaran olah raga dan sumberdaya manusia yang kompeten. Pembinaan olah raga prestasi diletakkan di atas landasan pendidikan jasmani dalam berbagai jenis dan jenjang pendidikan. Pembinaan dilakukan dengan memperhatikan beberapa kecenderungan berikut.
Pertama, introduksi dan penerapan teknologi olah raga untuk mendorong efisiensi pembinaan olah raga prestasi. Sayangnya, industri olah raga dalam negeri baru sebatas memperoleh hak paten untuk memproduksi peralatan olah raga. Hal ini menunjukkan betapa tertinggalnya riset dan pengembangan dalam bidang keolah ragaan, baik di perguruan tinggi maupun di lembaga riset swasta dan milik pemerintah.
Prioritas riset dan pengembangan bisa diletakkan dalam upaya reservasi jenis olah raga tradisional yang menjadi bagian dari pranata sosial budaya masyarakat namun mulai ditinggalkan pendukungnya. Selain itu, riset dan pengembangan pun perlu diarahkan pada penyediaan peralatan dan perlengakapan olaharaga sehingga tidak sepenuhnya bergantung kepada produk luar negeri yang mahal. Pemajuan aspek-aspek di atas membutuhkan keterlibatan semua pihak. Tidak hanya keterlibatan jajaran pemerintahan daerah, tetapi juga keterlibatan dan prakarsa para pengusaha, tokoh masyarakat, dan elemen lain.
Sudah saatnya prestasi olah raga Jawa Tengah beranjak pada level yang lebih bergengsi. Hal ini bukan perkara yang absurd, mengingat potensi yang dimiliki masyarakat Jawa Tengah lebih dari memadai. Bukan hanya potensi atlet, tetapi juga potensi dalam pembinaan. Karena itu, kata kunci pemajuan olah raga di Jawa Tengah adalah membangun sinergi  dalam menjadikan olah raga sebagai budaya masyarakat dan pembinaan olah raga prestasi di Jawa Tengah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar