PROPOSAL SKRIPSI
SURVEY TINGKAT
KESEGARAN JASMANI SISWA SEKOLAH DASAR
DI KECAMATAN KETANGGUNGAN
KABUPATEN BREBES
TAHUN 2008/2009
Disusun Oleh :
NAMA : WIGNYO ADIWIBOWO
NIM :
6101907013
JURUSAN :
PJKR – PGPJSD
FAKULTAS ILMU
KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2009
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah
Olahraga merupakan salah satu bentuk kegiatan fisik dan
banyak dilakukan oleh berbagai kalangan masyarakat, dari mulai anak-anak,
remaja, dewasa, baik laki-laki maupun perempuan. Salah satu alasan mereka melakukan
olahraga adalah mereka mendapatkan kesegaran jasmani dari aktifitas olahraga
tersebut yang berpengaruh terhadap kesehatan tubuh sehingga mereka bisa
melakukan kegiatan-kegiatan lain dengan lebih baik. Selain itu olahraga juga
dimaksudkan untuk pencapaian prestasi bagi mereka yang menggelutinya.
Dalam kegiatan olahraga, hal yang sangat penting guna
menunjang prestasi olahraga adalah seberapa besar tingkat kesegaran jasmani
yang dimiliki oleh seorang atlet, karena dengan memiliki tingkat kesegaran
jasmani yang baik, seseorang akan mempunyai daya tahan (endurance) yang baik
yang berguna dalam menunjang kegiatan olahraga yang dilakukan.
Daya tahan tersebut ditentukan oleh kemampuan jantung dan
paru-paru dalam menghirup oksigen dan menyalurkannya pada bagian tubuh yang
bekerja dalam rentang waktu lebih dari tiga menit atau lebih dikenal dengan
istilah VO2 maksimal. Oksigen yang digunakan juga ditentukan oleh ukuran tubuh
seseorang, karena semua jaringan yang ada pada tubuh mempergunakan oksigen
tersebut. Sehingga jika orang tersebut memiliki tubuh yang besar, maka konsumsi
oksigen maksimal yang lebih besar jika dibandingkan dengan orang yang memiliki
tubuh lebih kecil.
Pada kenyataannya sering dijumpai bahwa ada atlet yang mampu
berprestasi baik, tetapi dengan semakin tumbuh, prestasi tersebut semakin
menurun bahkan hilang. Hal tersebut juga terjadi di kecamatan Ketanggungan.
Khususnya pada cabang olahraga yang dimulai dari tingkat sekolah dasar, yang
kemudian semakin meningkat usia, perkembangan dan pertumbuhannya prestasi
olahraga tersebut semakin menurun. Terdapat faktor-faktor yang dapat menentukan
konsumsi oksigen maksimal, antara lain : Pertama, jantung, paru dan pembuluh
darah harus berfungsi dengan baik, sehingga oksigen yang dihisap oleh paru
selanjutnya sampai ke darah. Kedua, proses penyampaian oksigen ke
jaringan-jaringan oleh sel-sel darah merah harus normal, jumlah sel darah merah
harus normal. Ketiga, jaringan-jaringan terutama otot harus mempunyai kapasitas
yang normal untuk mempergunakan oksigen yang disampaikan kepadanya.
Kecamatan Ketanggungan merupakan kecamatan yang ada di
kabupaten Brebes, dan merurpakan kota
kecamatan yang sudah cukup maju. Daerahnya terdiri dari daerah dataran rendah
sampai dataran tinggi. Kecamatan Ketanggungan terdiri dari 20 desa, dan
memiliki kurang lebih 58 sekolah dasar, dan dalam mata pelajaran pada sekolah
dasar tersebut terdapat mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan (PJOK) yang diberikan 2 jam bagi kelas 1 sampai kelas 3 dan 4 jam
bagi kelas 4 sampai kelas 6. Selain itu banyak sekolah dasar di kecamatan Ketanggungan
yang mengadakan ekstrakurikuler sekolah.
Secara keseluruhan masyarakat di kecamatan Ketanggungan
bekerja dalam bidang pertanian, meskipun ada yang bekerja dalam bidang
perdagangan, pegawai negeri, wiraswasta dan banyak lagi profesi lain yang
terdapat di kecamatan Ketanggungan. Secara ekonomi, masyarakat Ketanggungan
rata-rata termasuk dalam golongan kelas ekonomi menengah ke bawah, meskipun
tidak sedikit juga yang termasuk golongan kelas ekonomi atas. Dalam bidang
pendidikan, khususnya tingkat sekolah, sebagian besar masyarakat Ketanggungan
sudah mengenyam bangku sekolah dasar, bahkan untuk sekarang ini sebagian
masyarakat di kecamatan Ketanggungan sudah banyak juga yang melanjutkan ke
jenjang berikutnya, bahkan banyak yang melanjutkan sampai ke perguruan tinggi.
Pada bidang olahraga, masyarakat di kecamatan Ketanggungan
sudah cukup mengenal apa itu olahraga dan apa manfaatnmya. Banyak fasilitas
olahraga yang bisa dipergunakan untuk umum, seperti : lapangan bulutangkis
indoor, tenis lapangan, sepak bola, bola voli, kolam renang dan fasilitas
olahraga lainnya yang terdapat di kecamatan Ketanggungan. Kecamatan Ketanggungan
termasuk kota
kecamatan yang mempunyai prestasi olahraga baik, baik itu ditingkat kabupaten
atau provinsi. Prestasi olahraga tersebut dicapaiu dari cabang-cabang olahraga
bola voli, sepak takraw, renang , atletik, ataupun cabang olahraga lainnya.
Bahkan prestasi tersebut diperoleh oleh siswa sekolah dasar pada tingkat
provinsi, seperti yang didapat atlet atletik lompat tinggi Dirtam yang mendapat
perak pada tahun 2004, Ratu Dina Aisyah yang mendapat perak pada nomor tolak
peluru pada tahun 2005 dan Nanang Kosim yang mendapat emas dan perak pada nomor
lari 60 meter tingkat kebupaten di tahun 2007
dan 2008. kecamatan Ketanggungan juga selalu rutin mengadakan seleksi
pekan olaharaga pelajar daerah yang
diadakan untuk anak sekolah dasar, baik itu untuk cabang-cabang olahara yang
dipertandingkan pada nomor beregu ataupun perorangan, yang terbagi dalam
olahraga permainan, diantaranya : Bola voli mini, sepak takraw, tenis meja,
bulutangkis, tenis lapangan dan lain-lain. Olahraga prestasi diantaranya: Atletik
dengan nomor lari cepat, tolahk peluru, lompat jauh dan lompat tinggi. Selain
itu untuk pekan olahraga pelajar daerah tingkat kabupaten, kecamatan Ketanggungan
selalu mengikutsertakan atletnya untuk bertanding, termasuk juga untuk atlet
kategori siswa sekolah dasar. Berdasarkan keadaan dari kecamatan Ketanggungan,
baik itu secara geografis, ekonomi, sosial dan kebudayaan yang telah diuraiakan
di atas cukup bervariasi, maka survey tingkat kesegaran jasmani untuk siswa
sekolah dasar di kecamatan Ketanggungan sangat penting dilakukan karena
terdapat banyak manfaat yang nantinya bisa diambil, baik untuk pihak intern
maupun pihak lain yang memerlukannya.
I.2. Rumusan Masalah
Setelah mengetahui bahwa terdapat banyaknya sekolah dasar
yang ada di kecamatan Ketanggungan, maka banyak pula siswa sekolah dasar yang
mengikuti kegiatan olahraga baik itu yang melalui kegiatan mata pelajaran
pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan maupun yang melalui kegiatan
ekstrakurikuler, ataupun mereka yang mengikuti pekan olahraga pelajar daerah
yang diadakan dari tingkat kecamatan, kabupaten sampai provinsi. Masalah yang
akan dibahas dalam skripsi adalah :
Seberapa besar tingkat kesegaran jasmani yang dimiliki siswa
sekolah dasar yang ada di kecamatan Ketanggungan?
I.3. Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan penelitian yang akan dilakukan pasti memiliki
tujuan yang akan dicapai, baik itu tujuan secara umum dan tujuan secara khusus.
Dalam hal ini tujuan umum dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahuai
seberapa besar tingkat kesegaran jasmani yang dimiliki oleh siswa sekolah dasar
di kecamatan Ketanggungan.
Adapun tujuan khusus dari kegiatan penelitian ini adalah :
1.
Mengetahui tingkat kesegaran jasmani yang ada di
berbagai daerah di kecamatan Ketanggungan baik yang ada dataran tinggi dan jauh
dari kota kecamatan ataupun yang berada di
dataran rendah dan letaknya di sekitar kota
kecamatan.
2.
Mengetahui tingkat kesegaran jasmani anak usia sekolah
dasar di kecamatan Ketanggungan sasuai dengan kelompuk usianya.
3.
Mengetahui perkembangan kemampuan anak usia sekolah
dasar sesuai dengan tahap perkembangan kemampuan fisik anak seusianya.
I.4. Manfaat Penelitian
Dalam kegiatan penelitian ini dapat
diambil beberapa manfaat, baik itu untuk pribadi secara khusus, atau untuk
badan atau organisasi lain yang secara langsung atau tidak langsung bisa
dirasakan, diantaranya:
1.
Mengetahui seberapa besar tingkat kesegaran jasmani
yang dimiliki siswa sekolah dasar di kecamatan Ketanggungan.
2.
Sebagai acuan untuk menentukan langkah apa yang harus
dilakukan bagi peningkatan kesegaran jasmani khususnya siswa sekolah dasar di
kecamatan Ketanggungan.
3.
Sebagai tolak ukur bagi insan olahraga di kecamatan Ketanggungan,
apakah kesegaran jasmani yang dimiliki siswa usia sekolah dasar di kecamatan Ketanggungan
berpengaruh terhadap prestasi olahraga, baik di tingkat kecamatan, kabupaten
dan provinsi.
4.
Sebagai koreksi dan evaluasi bagi insan olahraga
khususnya di kecamatan Ketanggungan agar bisa menjaga kesegaran jamaninya.
5.
Memberi pengertian kepada semua masyarakat, khususnya
di kecamatan Ketanggungan untuk mawas diri dan bisa menjaga kesehatan melalui
kegiatan kegiatan pendidikan jasmani olahraga dan keseharan dan
kegiatan-kegiatan lainnya yang sudah tersedia di lingkungan mereka.
I.5. Penegasa Istilah
Kesegaran Jasmani
Kemampuan seseorang untuk melakukan
pekerjaan berat sehari-hari tanpa mengalami merasa cepat lelah dan masih
mempunyai tenaga sisa atau tenaga cadangan untuk melakukan kegiatan berikutnya.
Daya Tahan
Kemampuan untuk bertahan dan melawan
rasa lelah (Brian J Sharkey, 2003:353). Daya tahan umum atau daya tahan
kardiovaskuler adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kegiatan yang
berintensitas sedang di seluruh tubuh dan sebagian besar otot untuk periode
waktu yang lama.
Daya tahan kardiovaskuler respirasi
adalah kesanggupan sistem jantung, paru-paru dan peredaran darah untuk
berfungsi secara optimal saat melakukan aktivitas sehari-hari dalam waktu lama
tanpa mengalami kelelahan yang berarti.
Daya tahan otot adalah kemampuan otot
atau sekelompok otot untuk melakukan kontraksi yang berulang-ulang pada periode
waktu yang lama.
VO2 Maksimal
Kemampuan maksimal tubuh untuk
mengangkut oksigen ke otot.
Sehat
Satu keadaan berfungsinya sistem organ
tubuh dan sel-sel secara normal.
Pertumbuhan
Proses peningkatan yang ada pada diri
seseorang yang bersifat kuantitatif atau peningkatan dalam hal ukuran.
Perkembangan
Proses perubahan kapasitas fungsional
atau kemampuan kerja organ-organ tubuh kearah keadaan yang makin terorganisasi
dan terspesialisasi.
Ketanggungan
Salah satu kota kecamatan yang ada di kabupaten Brebes,
provinsi Jawa Tengah, dimana akan dilaksanakannya penelitian tersebut.
Usia Kronologis
Lamanya waktu terhitung sejak seseorang
dilahirkan samapi saat kapan orang tersebut dinyatakan usianya.
Hidrat Arang atau Karbohidrat
Bahan-bahan makanan sederhana (misalnya
gula) dan makana kompleks (misalnya kentang, nasi, kacang, gandum dan jagung)
yang kita gungakan sebagai energi, disimpan dalam hati dan otot sebagai
glikogen, sedangkan kelebihannya disimpan sebagai lemak. (Brian J Sharkey,
2003:352)
Lemak
Sumber energi yang penting, disimpan
untuk digunakan dimasa yang akan datang ketika kelebihan kalori digunakan.
(Brian J Sharkey, 2003:354)
Protein
Unsur organik yangterbentuk dari asam
amino, membentuk jaringan otot, hormon dan enzim. (Brian J Sharkey, 2003:356)
Feksibilitas
Keleluasaan gerak persendian. Jangkauan
dalam anggota tubuh dalam bergerak. (Brian J Sharkey, 2003:354)
BAB
II
LANDASAN
TEORI
2.1 Kesegaran Jasmani
Kesegaran jasmani merupakan suatu aspek, yaitu aspek fisik
dari kesegaran total. Aspek tersebut terdiri dari kesegaran motorik, kesegaran kapasitas
fungsional, berupa kekuatan dan daya tahan otot serta daya tahan
kardiovaskuler, kesegaran emosional dan kesegaran itelektual.
2.1.1 Batasan Kesegaran
Jasmani
Kita mengenal batasan-batasan kesegaran jasmani antara lain
diuraiakn oleh :
a.
Scott dan French
Orang yang fit atau segar adalah orang yang
sehat dan mempunyai kemampauan untuk mengatasi pekerjaan sehari-hari dan masih
mempunyai tenaga yang cukup yang tidak hanya untuk menghadapi keadaan darurat
saja tetapi juga untuk mengisi waktu-waktu luang.
b. R.
Radioputra
Ditinjau dari sudut sosial, orang yang
mempunyai physical fitness dapat diartikan orang yang mempunyai cukup kekuatan
dan daya than untuk melakukan pekerjaan dengan biak tanpa menimbulkan
kelelahan, dan mempunyai kemampuan untuk mengatasi kesukaran yang tidak
terduga-duga, dimana dibutuhkan usaha jasmaniah yang biasanya tidak pernah
dilakukan, serta dapat dinikmati sebanyak-banyaknya waktu luang.
c.
Hasil seminar kesegaran jasmani tahun 1971 di Jakarta
Seseorang yang memiliki kesegaran jasmani dapat
diartikan orang yang mempunyai kesanggupan dan kemampuan untuk melakukan
pekerjaan dengan efisien tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti.
Dengan batasan-batasan yang telah diuraikan
di atas, dapat disimpulkan bahwa seseorang yang memiliki kesegaran jasmani yang
baik, ketika melakukan suatu aktivitas kemudian melakukan aktivitas yang lain tidak
akan merasakan kelelahan yang berarti dan masih bisa melakukan aktivitas yang
lain tersebut dengan baik.
2.1.2
Aspek-aspek kesegaran jasmani
Masalah kesegaran jasmani tidak begitu saja bisa terlepas
dari faktor emosional, mental dan spiritual manusia, serta segala fungsinya
dalam arti keseluruhan mustahil dapat terpecahkan dalam bagian-bagian
tersendiri. Terdapat beberapa aspek yang membagi fungsi tersebut diantaranya :
a.
Kemampuan statis
Tidak
adanya cacat atau penyakit
b. Kemampuan
dinamis
Kemampuan
untuk melakukan kesegaran jasmni yang berat, yang tidak memerlukan ketangkasan
khusus.
c.
Kemampuan jasmani
Kemampuan
melakukan gerakan-gerakan yang terkoordinir.
d. Kemampuan
mental
Kemampuan
menghadapi lika-liku kehidupan sehingga diperlukana mental yang tangguh.
e.
Kemampuan sosial
Kemampuan
seseorang untuk berdiri sendiri tanpa menggantungkan hidupannya kepada belas
kasihan orang lain. Dengan demikian orang yang mempunyai kesegaran jasmani yang
baik akan mampu melakukan tugasnya dengan baik pula.
2.1.3
Fungsi kesegaran jamani
Fungsi dari kesegaran jasmani dapat digolongkan menjadi
sebagai berikut :
a.
Golongan yang dihubungkan dengan pekerjaan
1. Kesegaran
jasmani bagi olahragawan untuk mengingkatkan prestasi
2. Kesegaran
jasmani bagi karyawan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
3. Kesegaran
jasmani bagi pelajar dan mahasiswa untuk mempertinggi kemampuan belajar.
b. Golongan
yang dihubungkan dengan keadaan
1. Kesegaran
jasmani bagi penderita cacat untuk rehabilitasi.
2. Kesegaran
jasmani bagi ibu hamil untuk perkembangan bayi dalam kandungan dan persiapan
menghadapi persalinan.
c.
Golongan yang dihubungkan dengan usia
1. Kesegaran
jasmani bagi anak-anak untuk menjamin pertumbuhan dan perkembangan yang baik.
2. Kesegaran
jasmani bagi oran
tua untuk mempertahankan kondisi fisik terhadap serangan penyakit.
Menurut Rusli Lutan dan Adang Suherman kesegaran jasmani
terdiri atas komponen kekuatan otot, daya tahan otot, daya tahan
kardsiovaskuler, dan fleksibilitas. Daya tahan kardiovaskuler atau daya tahan
umum sering dianggap sebagai faktor kunci kesegaran jasmani. Dalam kesegaran
jasmani juga terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesegaran jasmni
seseorang, dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesegaran jasmani antara orang
satu dengan orang yang lain berbeda, diantaranya yaitu makanan, karena makanan
yang kita makan sehari-hari merupaklan sumber tenaga yang digunakan untuk
melakukan kegiata kita setiap harinya, dimana pada makanan tersebut harus
terdapat unsur-unsur berupa zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh kita, sehingga
dapat mensuplai kebutuhan akan energi.
Pada dasarnya pengaturan akan gizi tersebut perlu
diperhatikan keseimbangannya, antara energi yang diperoleh dari makanan dan
minuman dengan energi yang dibutuhkan untuk metabolisme, kerja tubuh dan
penyediaan tenaga (energi) pada waktu istirahat ataupun pada waktu melakukan
kegiatan olahraga. Diantara makanan sumber zat gizi terdapat makanan sumber
penghasil energi yang diperlukan untuk mempertahankan fungsi tubuh agar dapat
berfungsi dengan baik, perederan darah, persyarafan, pernafasan, gerak otot
sehingga dapat melakukan kegiatan dengan baik. Energi ini didapat dari zat gizi
hidrat arang, lemak dan protein.
a.
Hidrat arang atau Karbohidrat
Sumber utama karbohidrat di dalam makanan berasal dari
tumbuh-tumbuhan dan hanya sedikit saja yang termasuk bahan makanan hewani.
Karbohidrat nabati di dalam makanan manusia terutama berasal dari timbunan,
yaitu biji, batang dan akar. Sumber yang kaya akan karbohidrat umumnya termasuk bahan makanan pokok.
Karbohidrat hewani berbentuk glikogen, terutama terdapat di dalam otot (daging)
dan hati. Namun demikian jumlahnya terbatas dan setelah binatang mati glikogen
mengalami penguraian sehingga karbohidrat di dalam daging menjadi nol ketika
sampai di dapur untuk dimasak. Selain itu terdapat jenis buah-buahan yang
memiliki kandungan karbohidrat yang cukup tinggi seperti pisang, sawo, nangka,
sukun dan kelewih. Bahan makanan pokok di Indonesia yang terdapat banyak
karbohidrat adalah berupa beras (serealis), akar dan umbi serta ekstra tepung,
seperti sagu. Fungsi karbohidrat di dalam tubuh merupakan sumber utama energi
dari tiga sumber utama energi, yaitu : karbohidrat, lemak, protein.
b. Protein
Protein merupakan zat gizi yang sangat penting, karena semua
hayat hidup sel berhubungan dengan zat gizi protein. Sumber didapat dari sumber
protein hewani dan nabati. Sumber protein hewani dapat berbentuk daging dan
alat-alat dalam seperti hati, pangkreas, ginjal, paru, dan jerohan terdiri dari
babat (gaster) dan iso (usus halus dan usus besar). Susu dan telur termasuk
juga sumber protein hewani berkualitas tinggi, sedangkan ikan, kerang-kerangan
dan jenis udang merupakan kelompok sumber protein yang baik karena mengandung
sedikit lemak. Fungsi dari protein adalah sebegai salah satu sumber utama
energi bersama dengan karbohidrat dan lemak, tetapi energi yang berasal dari
protein merupakan sumber energi yang mahal, sehingga tidaklah ekonomis apabila
sebagian energi yang dibutuhkan oleh tubuh disediakan di dalam makanan yang
mengandung protein. Selain itu fungsi protein sangat erat hubungannya dengan
hayat hidup sel, sebagai zat pembangun, pertumbuhan dan pemeliharanaan
jaringan, menggantikan sel-sel yang mati dan aus.
c.
Lemak
Sumber lemak berasal dari lemak nabati dan hewani. Lemak
nabati berasal dari bahan makanan tumbuh-tumbuhan, sedangkan lemak hewani
berasal dari binatang, termasuk ikan, telur dan susu. Lemak bersama-sama dengan
karbohidrat dan protein merupakan sumber utama energi. Di dalam tubuh lemak
berfungsi sebagai cadangan energi dalam bentuk jaringan lemak yang ditimbun
ditempat-tempat tertentu. Jaringan lemak juga berfungsi sebagai bantalan
organ-organ tubuh tertentu.
Selain makanan, olahraga juga mempengaruhi kesegaran jasmani
seseorang. Orang yang sering berolahraga membiasakan dirinya dalam mengkonsumsi
oksigen yang lebih banyak daripada tidak berolahraga. Dalam kegiatan olahraga
tersebut juga memtantu dalam pemeliharaan organ-organ tubuh yang lain seperti
pada jantung, sistem vaskuler dan organ-organ lain.
Banyak aktivitas dan pekerjaan yang dilakukan oleh
orang-orang dewasa ini, tetapi mereka lupa bahwa kebiasaan yang mereka lakukan
setiap hari dari pola hidup yang tidak baik seperti biasa tidur malam,
melakukan aktivitas yang mengandalkan kerja mesin padahal bisa dilakukan dengan
menggunakan kerja organ kita mempengaruhi kesegaran jasmani meraka.
Lingkungan merupakan faktor yang sangat penting dalam
mempengerahui kesegaran jasmani seseorang. Seseorang dimana mempunyai
lingkungan hidup yang sehat seperti kondisi rumah, pola hidup dan lain-lain
berpengaruh terhadap kesehatan dari tubuh tersebut. Orang yang sudah mempunyai
pola hidup yang tidak sehat berpengaruh terhadap
kerja dari organ-organ tubuh tersebut, yang nantinya berpengaruh terhadap
tingkat kesegaran jasmaninya.
2.2 Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar
Anak usia sekolah dasar merupakan akhir dari masa
kanak-kanak, dimana terdapat label yang digunakan baik dari oranga tua, para
pendidik, dan ahli psiklologi.
Label yang digunakan orang tua
a. Usia
yang menyulitkan
Masa dimana anak tidak lagi menuruti perintah, lebih banyak
dipengaruhi oleh teman sebaya daripada orang tua, atau anggota keluarga lain.
b. Usia tidak
rapi
Masa dimana anak cenderung tidak lagi memperdulikan, ceroboh
dalam penampilan, dan kamarnya berantakan.
c. Usia
bertengkar
Masa dimana banyak terjadi pertengkaran antar keluarga dan
suasana tidak menyenangkan lagi semua anggota keluarga.
Label yang digunakan para pendidik
a.
Usia sekolah dasar
Anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk
keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh keterangan
penting tertentu.
b. Periode
kritis dalam dorongan berprestasi
Masa dimana anak membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses,
tidak sukses, atau sangat sukses. Perilaku berprestasi pada masa kanak-kanak
mempunyai korelasi yang tinggi dengan perilaku pada masa dewasa.
Label yang digunakan ahli psikologi
a. Usia
berkelompok
Masa dimana perhatian utama anak tertuju pada keinginan
diterima teman sebaya sebagai anggota kelompok, terutama kelompok yang
bergengsi dalam pandangan teman-temannya.
b. Usia
penyesuaian diri
Anak menyesuaikan diri dengan standar yang disetujui oleh
kelompoknya.
Karakteristik
Kondisi Fisik Anak Usia Sekolah Dasar
Menurut Eri Praktiknyo Dwikusmoro (2006) kondisi fisik
terdiri dari 9 komponen yaitu :
- Kekuatan ( Strength)
Kekuatan
adalah kemampuan otot atau sekelompok otot seseorang untuk menahan atau
menerima beban kerja. Kekuatan otot adalah kemampuan otot atau sekelompok otot
untuk melakukan 1 kali kontraksi secara maksimal melawan tahanan/beban
(fisiologis).
- Daya Tahan ( endurance)
Daya
tahan umum atau daya tahan kardiovaskuler atau general endurance adalah
kemampuan seseorang untuk melakukan kegiatan yang berintensitas sedang di
seluruh tubuh dan sebagian besar otot untuk periode waktu lama. Daya tahan otot
adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk melaklukan kontraksi yang
berulang-ulang pada periode waktu lama.
- Kecepatan (speed)
Kecepatan
adalah kemampuan seseorang yang memungkinkan orang berpindah tempat atau
melakukan gerakan yang sama atau tidak sama secepat mungkin. Kecepatan bersifat
lokomotor dan gerakannya bersifat siklik (satu jenis gerakan dilakukan
berulang-ulang seperti lari) atau kecepatan gerak bagian tubuh seperti
melakukan pukulan.
- Daya Ledak (power)
Daya
ledak adalah gabungan antara kecepatan dan kekuatan atau pengerahan gaya otot maksimum dengan
kecepatan maksimum.
- Kelincahan (agility)
Kelincahan
adalah kemampuan untuk merubah arah atau posisi tubuh dengan cepat.
- Kelentukan (flexibility)
Kelentukan
adalah kemungkinan gerak maksimal yang dapat dilakukan oleh suatu persendian.
Kelentukan berkaitan dan berhubungan dengan bentuk persendian itu sendiri,
otot, tendon dan ligament di sekeliling persendian.
- Keseimbangan (balance)
Keseimbangan
adalaha kemampuan mempertahankan sikap dan posisi tubuh secara tepat pada saat
diam (static balance) atau pada saat melakukan suatu gerakan (dynamic balance).
- Koordinasi (coordination
Koordinasi
merupakan kemampuan melakukan kerja atau gerakan dengan tepat dan efisien. Pada
seseorang yang tidak memiliki koordinasi yang baik, akan berakibat pengeluaran
tenaga yang berlebihan, keseimbangan terganggu, cepat lelah dan mudah terjadi
cidera.
- Kecepatan Reaksi (reaction time)
Kecepatan
reaksi adalah waktu yang dipergunakan antara munculnya stimulus atau rangsangan
dengan awal reaksi.
Anak yang berusia antara 6 sampai dengan 10 atau 12 tahun
termasuk anak usia besar. Perkembangan fisik anak yang terjadi pada masa ini
menunjukan adanya kecenderungan yang berbeda dibanding pada masa sebelumnya dan
juga masa sesudahnya. Kecenderungan perbedaan yang terjadi adalah dalam hal
kepesatan dan pola pertumbuhan yang berkaitan dengan proporsi ukuran
bagian-bagian tubuh. Pada masa anak usia ini pertumbuhan fisik anak laki-laki
dan anak perempuan sudah mulai menunjukan kecenderungan semakin jelas tampak
adanya perbedaan.
Pertumbuhan fisik erat kaitannya dengan terjadinya proses
peningkatan kematangan fisiologis pada diri setiap individu. Proses peningkatan
kematangan secara umum akan terjadi sejalan dengan bertambahnya usia
kronologis. Usia kronologis adalah lamanya waktu terhitung sejak seseorang
dilahirkan sampai saat kapan orang tersebut dinyatakan usianya. Pertumbuhan dan
peningkatan kemampuan fisik dan fisiologis membawa dampak pada perkembangan
kemampuan fisik, terutama dalam hal kekuatan fleksibilitas, keseimbangan dan
koordinasi.
Indikator untuk menaksir kematangan adalah berdasarkan
pertumbuhan atau perkembangan unsur-unsur yang ada pada diri seseorang,
misalnya : pertumbuhan tulang, pertumbuhan gigi, pertumbuhan tanda-tanda
kelamin sekunder, dan pertumbuhan ukuran tubuh. Sesuai dengan beberapa macam
indikator tersebut, ada beberapa macam usia perkembangan kematangan fisiologis,
yaitu : usia skeletal, usia dental, usia sifat kelamin sekunder dan usia
morfologis.
- Usia Skeletal
Usia perkembangan kematangan yang didasarkan pada pertumbuhan
tulang. Untuk menilai usia skeletal dilakukan dengan cara memfoto bagian tubuh
tertentu dengan menggunakan radiograf atau sinar X. bagian tulang yang difoto
adalah bagian tulang pergelangan tangan, tulang panjang atau gigi.
- Usia Dental
Usia perkembangan kematangan yang didasarkan pada pertumbuhan
dan tanggalnya gigi. Penilaian dilakukan dengan menghitung jumlah dan macam
gigi yang telah tumbuh. Gigi pertama lebih kurang tumbuh pada usia 6 bulan
sampai dengan usia lebih kurang 2 tahun. Pada umur lebih kurang 6 tahun gigi
mulai ada yang tanggal dan tumbuh gigi pengganti, ini terjadi samapai usia 13
tahun.
- Usia Sifat Kelamin Sekunder
Usia perkembangan kematangan yang didasarkan pada pertumbuhan
dan perkembangan sifat-sifat kelamin sekunder, yaitu dengan mengetahui tingkat
kematangan genital, tumbuhnya rambut kemaluan, dan perkembangan dada.
- Usia Morfologis
Usia perkembangan kematangan yang didasarkan pada ukuran
tingi dan berat badan serta berbagai ukuran arthropometrik lainnya dalam
hubungannya dengan usia kronologis. Penilaian terhadap seseorang dilakukan
dengan cara membandingkan dengan ukuran tubuhnya, misalnya tinggi badan atau
berat badan dengan table tinggi badan atau berat badan yang dibuat
dengankebanyakan orang seusianya.
Diantara 4 macam cara menilai perkembangan kematangan fisik
dan fisiologis, penilaian usia morfologis adalah yang paling mudah dilaksanakan
dengan catatan sudah ada table standarnya.
Ke-3 tipe tubuh menurut Sheldon adalah :
- Mesomorph, kodenya 171
- Endomorph, kodenya 711
- Ectomorph, kodenya 117
Sedangkan
menurut Papalia dan Olds, 1975 : 406, tipe tubuh dan sifat umum yang dimiliki
adalah :
- Mesomorph
Sehat,
kuat, gagah dan tampan. Ramah, sopan dan jujur. Periang dan banyak teman.
- Endomorph
Gemuk,
bulat, jelek dan mudah sakit. Mudah gugup, kikir, malas, pelupa dan pembual.
- Ectomorph
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Sejalan dengan pertumbuhan fisik dimana anak semakin tinggi
dan semakin besar, maka ada beberapa macam kemampuan fisik yang cukup nyata
perkembangannya pada masa anak besar adalah : kekuatan, fleksibilitas,
keseimbangan dan koordinasi..
- Perkembangan kekuatan
Kekuatan merupakan hasil kerja otot yang berupa kemampuan
untuk mengangkat, menjinjing, menahan, mendorong, atau menarik beban. Semakin
besar penampang lintang otot, akan semakin besar pula kekuatan yang dihasilkan
dari hasil kerja otot tersebut. Sebaliknya, semakin kecil penampang lintangnya,
akan semakin kecil pula kekuatan yang dihasilkan.
Metheny (1941) menyimpulkan bahwa anak-anak baik laki-laki
maupun perempuan kekuatannya meningkat 65 % selama usia dari 3 sampai 6 tahun.
Sedangkan penelitian oleh meredith (1935), pada anak
laki-laki kekuatannya meningkat dua kali lipat selama usia dari 6 sampai 11
tahun, dan meningkat 3,6 kali lipat selama dari 6 sampai 18 tahun.
Peningkatan kekuatan pada anak-anak erat hubungannya dengan
pertumbuhan fisik secara menyeluruh. Sedangkan pertumbuhan fisik akan mengikuti
bertambahnya usia. Kecepatan pertumbuhan fisik selama masa pertumbuhan tidak
konstan, ada masa-masa pertumbuhan pesat dan lambat.
- Perkembangan fleksibilitas
Fleksibilitas adalah keleluasaan gerak persendian. Hupprich
dan Sigerseth (1950), mengukur 12 bagian tubuh terhadap perempuan umur 6 sampai
18 tahun. Kesimpulannya sebagai berikut :
1)
umur 12 tahun anak perempuan mengalami peningkatan
fleksibilitas secara umum, setelah itu mengalami penurunan.
2)
Ada
pengecualian penurunan fleksibilkitas, yaitu : bahu, lutut dan paha mulai
menurun mulai umur 6 tahun.
3)
Fleksibilitas pergelangan kaki adalah konstan seumur
hidup.
4)
Fleksibilitas pada setiap bagian tubuh tidak ada
interkorelasi.
- Perkembangan keseimbangan
Keseimbangan bisa diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu :
keseimbangan statik dan keseimbangan dinamik. Keseimbangan statik yaitu
kemampuan mempertahankan posisi tubuh tertentu untuk tidak bergoyang atau
roboh. Sedangkan keseimbangan dinamik yaitu kemampuan mempertahankan tubuh
tidak jatuh saat sedang melakukan gerakan. Antara umur 6 sampai 16 tahun
anak-anak umumnya mengalami peningkatan keseimbangan dinamik, tetapi umur 12
sampai 14 tahun hanya sedikit peningkatannya.
Pengukuran
tingkat kesegaran jasmani
Prosedur yang paling penting dalam pengukuran konsumsi
oksigen maksimal adalah kriteria untuk menentukan bahwa seseorang telah
mencapai konsumsi oksigen maksimalnya. Pencapaian konsumsi oksigen maksimal ini
ditandai oleh tidak terjadinya
peningkatan konsumsi oksigen maksimal (plateau) yang disebabkan oleh
meningkatnya beban kerja.
Faktor-faktor yang menentukan konsumsi oksigen maksimal
adalah :
d. Jantung,
paru dan pembuluh darah harus berfungsi dengan baik, sehingga oksigen yang
dihisap ke dalam paru selanjutnya sampai ke darah.
e.
Proses penyampaian oksigen kejaringan-jaringan oleh
sel-sel darah merah harus normal, yakni fungsi jantung harus normal,
konsentrasi hemoglobin harus normal dan jumlah sel darah merah harus normal,
serta pembuluh darah harus mampu mengalirkan darah dari jaringan-jaringan yang
tidak aktif ke otot yang sedang aktif membutuhkan oksigen yang lebih besar.
f.
Jaringan-jaringan terutama otot harus mempunyai
kapasitas yang normal untuk mempergunakan oksigen yang disampaikan kepadanya.
Dengan kata lain harus mempunyai metabolisme yang normal.
Faktor-faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam
menentukan konsumsi oksigen maksimal adalah adanya data-data tes khusus,
seperti postur tubuh, massa
otot yang digunakan, intensitas, durasi, efisiensi, mekanis di dalam melakukan
tes, dan motivasi. Posisi harus tegak baik pada saat dilakukan tes dengan
posisi duduk atau berdiri karena nilai konsumsi oksigen maksimal dicapai pada
posisi ini. Karena meningkatnya aktivitas otot rangka menyebabkan meningkatnya
sebagian besar konsumsi oksigen selama latihan, maka konsumsi oksigen maksimal
dapat dicapai dengan aktivitas yang melibatkan otot-otot besar.
Ada
beberapa macam tes yang dapat digunakan untuk mengukur konsumsi oksigen maksimal,
diantaranya : tes lari 15 menit (lari balke), tes lari 1600 meter, multistage
fitness tes.
a.
Tes lari 15 menit (lari balke)
Tes lari 15 menit (lari balke) bertujuan untuk mengukur
tingkat kesegaran jasmani khususnya kemampuan kardiovakuler, mengukur ataupun
memprediksikan VO2 Max seseorang. Alat yang digunakan dalam tes ini adalah stop
watch, peluit, lintasan lari atau track dan balok-balok kecil berukuran 4 x 4
cm. Tes ini dilakukan dengan cara, orang berdiri di belakang garis start, start
dilakukan dengan start berdiri. Pada aba-aba “ya” orang mulai berlari selama 15
menit sampai ada tanda peluit dibunyikan sebagai tanda berhenti yaitu setelah
waktu tempuh 15 menit. Penilaian VO2 Max
dengan lari balke adalah menggunakan pedoman :
|
b. Tes
Lari 1600 meter
Tes lari 1600 meter bertujuan untuk mengukur daya tahan kerja
jantung dan pernafasan atau mengukur VO2 Max. Alat yang dipergunakan dalam tes
ini adalah lintasan lari 400 meter, bendera start, dan stop watch. Tes ini dilakukan
dengan cara testee berdiri di belakang garis start dengan start berdiri,
setelah aba-aba “ya” testee segera lari secepat-cepatnya sejauh 1600 m. Setelah
menempuh lari 1600 m, stop watch dihentikan. Waktu tempuh lari sejauh 1600 m
dan hasilnya dicatat dalam menit dan detik. Ada 2 penilaian, yaitu dengan menggunakan
prediksi waktu tempuh dan menggunakan rumus untuk menghitung VO2 Max.
VO2 Max = 133,61-(13,89 x waktu tempuh)
c.
Multitasge Fintnees Test
Tes ini bertujuan untuk mengukur perkiraan ambilan oksigen
maksimum (VO2 Max). Alat dan perlengkapan yang digunakan berupa lapangan permukaan
datar tidak licin sekurang-kurangnya 22 meter, radio kaset, kaset, meteran, dan
tanda pembatas.
Tes ini memerlukan persiapan yaitu dengan mengukur jarak
sepanjang 20 meter, dan berilah tanda pada kedua ujungnya. Putarlah kaset pada
radio kaset, jarak antara dua sinyal “ding” menandai waktu interval satu menit.
Apabila waktunya berselisih 0,5 detik antara kedua ding, maka jarak larinya
perlu diubah. Semua instruksi pelaksanaan tes terdapat pada kaset. Orang coba
melakukan uji coba lari terlebih dahulu, pada saat “ding” orang coba lari sejauh 20 meter. Saat “ding”
kedua orang coba lari kembali menuju garis awal dan seterusnya. Setelah selesai
melakukan uji coba, orang segera menempatkan diri untuk melakukan tes seperti
pada saat uji coba. Salah satu kaki ditempatkan di belakang garis, kemudian
pada saat tanda “ding” lari sejauh 20 meter, pada saat “ding” berikutnya lari
kembali ke tempat asal, dan seterusnya sampai orang tersebut tidak kuat lagi
untuk berlari, atau dua kali tidak dapat mengikuti irama “ding” dan tertinggal
dua langkah, maka orang tersebut disuruh berhenti. Tes ini dilakukan sampai 21
interval.
Hal-hal yang perlu diperhatikan peserta tes antara lain :
memakai pakaian olahraga dan sepatu olahraga, tidak makan selama 2 jam
menjelang pelaksanaan tes, tidak merokok, minum alkohol atau obat-obatan, tidak
melakukan tes setelah melakukan latihan berat pada hari yang sama dan
menghidari kondisi udara lembab atau udara panas. Hal lain yang perlu
diperhatikan selama tes adalah mengingatkan bahwa kecepatan awal haruslah
lambat dan tidak boleh memakai uji coba lari terlalu cepat, memperhatikan salah
satu kaki orang uji coba apakah kaki telah menginjak tepat pada atau di belakang
garis akhir setiap kali bolak-balik, memperhatikan testee agar berbalik dengan
membuat sumbu putar pada kaki mereka dan agar jangan sampai berputar dalam
suatu lengkungan lebar, apabila testee tertinggal sejauh 2 langkah atau lebih
sebelum mencapai garis ujung batas, atau 2 kali bolak-balik dalam satu garis
maka tariklah testee tersebut untuk keluar dari tes. Setelah tes berakhir
lakukan gerakan pendinginan (cooling down) dengan cara berjalan dan diikuti
oleh peregangan otot serta jangan duduk secara mendadak setelah melakukan tes
tersebut.
Penilaian yang dilakukan dari awal sampai bunyi “ding”
pertama sampai testee tidak mampu tagi berlari sesuai dengan irama tanda
“ding”. Penilaian dilakukan pada level dan shuttle tertentu sesuai dengan
kemampuan testee. Skor penilaian dan prediksi atau klasifikasi VO2 Max terdapat
pada Tabel Penilian Multistage Fitness Test.
Dari ketiga tes di atas, multisage fitness test mempunyai
kelebihan daripada tes laininya karena menghasilkan suatu perkiraan yang cukup
akurat tentang konsumsi oksigen maksimal untuk berbagai kegunaan atau tujuan,
selain itu tidak memerlukan peralatan yang mahal, prosedurnya sederhana, mudah
pelaksanaannya, mudah didalam penafsiran hasil tes. Selain itu multistage test
juga terlihat lebih menarik bagi testee yang akan melakukannya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian
Penelitian yang akan
dilakukan merupakan bentuk penelitian survey, dimana masalah yang akan diteliti
adalah tingkat kesegaran jasmani siswa sekolah dasar di Kecamatan Ketanggungan.
3.2
Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Pada penelitian nanti
populasi yang akan diambil adalah para siswa pelajar sekolah dasar kelas IV dan
V yang ada di Kecamatan Ketanggungan, baik laki-laki maupun perempuan.
3.3
Sampel dan Teknik Penarikan Sampel
Sesuai dengan keadaan daerah di Kecamatan Ketanggungan, dimana jarak
antar desa yang satu dengan desa yang lainnya cukup jauh, maka teknik penarikan
sample yang digunakan adalah menggunakan sample bertujuan atau purposive
sample. Nantinya tidak semua siswa sekolah dasar kelas IV dan V yang ada di Kecamatan
Ketanggungan mempunyai kesempatan yang sama untuk dijadikan sample, tetapi
hanya akan diambil siswa sekolah dasar kelas IV dan V dari 4 sekolah dasar yang
ada di Kecamatan Ketanggungan, yaitu SD Ciseureh 02, SD Cikeusal Kidul 01, SD
Baros 02, dan SD Bulakelor 03. Pengambilan sample tersebut sudah
dipertimbangkan sesuai dengan karakteristik tertentu yang merupakan ciri pokok
dari populasi yang diambil, sehingga nantinya siswa yang dijadikan sample dapat
mewakili daerahnya sebagai wakil untuk dijadikan sample penelitian.
3.4 Instrumen Penelitian
Suatu penelitian membutuhkan alat bantu dalam pengumpulan dan pengolahan
data tentang variable-variabel yang akan diteliti sehingga memudahkan penelitian
dilakukan. Dalam mengetahui tingkat kesegaran jasmani siswa sekolah dasar yang
ada di Kecamatan Ketanggungan, instrumen yanig akan digunakan didalam
penelitian nanti adalah multistage fitness test. Alasan peneliti menggunakan
tes ini adalah karena tes ini cukup sederhana, dilakukan di lapangan, dan hasilnya
cukup akurat untuk mengukur tingkat kesegaran jasmani untuk berbagai kegunaan
dan tujuan.
Prosedur pelaksanaan tes
yang perlu diperhatikan
sebelum melaksanakan multistage fitness test adalah :
a.
Pencegahan
1) Sebelum melakukan tes ini,
sebaiknya apabila kondisi tubuh tidak berasa dalam kondisi sehat, atau sedang
mengalami cidera, hendaknya konsultasikan terlebih dahulu kepada dokter.
2) Sebelum melakukan tes,
lakukan pemanasan terlebih dahulu.
3) Jangan makan selama dua jam
sebelum melaksanakan tes.
4) Kenakan pakaian olahraga dan
pakailah alas kaki yang dapat mengurangi kemungkin tergelincir.
5) Jangan minum alkohol, obat,
atau rokok sebelum tes.
6) Jangan melakukan tes setelah
melakukan latihan berat pada hari yang sama.
7) Lakukan gerakan-gerakan
pendinginan setelah menyelesaikan tes ini dengan berjalan dan diikuti dengan
peregangan otot-otot, dan jangan duduk secara mendadak setelah melakukan tes
ini.
b. Perlengkapan
1) Halaman, lapangan atau permukaan
datar dan tidak licin, lapangan yang dibutuhkan sekurang-kurangnya 22 meter.
2) Meteran atau pita pengukur,
untuk mengukur jalur sepanjang 20 meter.
3) Kerucut, sebagai tanda
pembatas.
4) Lebar lintasan kurang lebih
1 sampai 1,5 meter untuk tiap testee.
5) Stopwatch
c.
Persiapan
pelaksanaan
Ukurlah jarak sepanjang 20 meter, dan berilah tanda pada kedua ujungnya.
Putarlah kaset pada radio kaset, jarak antar dua sinyal tut menandai waktu
interval satu menit, apabila waktunya berselisih lebih besar dari 0,5 detik
maka jarak tempat perlu diubah.
Tabel. Penyesuaian jarak lari bolak-balik berdasarkan kecepatan pemutar
kaset
Periode Waktu
Standar (Detik)
|
Jarak Lari
(meter)
|
Periode
Waktu Statidaf (Detik)
|
Jarak Lari
(meter)
|
55,0
|
18,333
|
60,5
|
20,166
|
55,5
|
18,500
|
61,0
|
20,333
|
56,0
|
18,666
|
61,5
|
20,500
|
56,5
|
18,333
|
62,0
|
20,688
|
57,0
|
19,000
|
62,5
|
20,833
|
57,5
|
19,166
|
63,0
|
21,000
|
58,0
|
19,333
|
63,5
|
21,166
|
53,5
|
19,500
|
64,0
|
21,333
|
59,0
|
19,666
|
64,5
|
21,500
|
59,5
|
19,833
|
65,0
|
21,666
|
60,0
|
20,000
|
|
|
d. Pelaksanaan tes
Hidupkan tape recorder. Pada bagian permulaan pita, jarak antara dua
tanda “tut” menandai suatu interval satu menit yang telah terukur dengan tepat.
Setelah pita kaset mengeluarkan sinyal suara “tut” tunggal pada beberapa
interval yang teratur. Para testee berusaha
agar dapat sampai keujung yang berlawanan atau sebelah seberang bertepatan
dengan saat sinyal “tut” yang pertama berbunyi. Kemudian testee harus
meneruskan berlari pada kecepatan seperti ini, dengan tujuan agar dapat sampai
kesalah satu dari kedua ujung tersebut bertepatan dengan terdengarnya sinyal
“tut” berikutnya.
Selama satu menit, interval waktu dari kedua sinyal “tut” akan berkurang,
sehingga dengan demikian kecepatan lari harus makin ditingkatkan. Kecepatan
lari pada menit pertama disebut level 1, kecepatan lari pada menit kedua
disebut level 2, dan seterusnya. Masing-masing level berlangsung kurang lebih
selama satu menit, dan rekaman pita berlangsung meningkat sampai ke level 21.
Akhir tiap lari bolak-balik ditandai dengan sinyal “tut” tunggal, sedangkan
akhir tiap level ditandai dengan sinyal “tut” selama tiga kali berturut-turut,
serta oleh pemberi komentar dari rekaman pita tersebut.
Aturan bagi testee ketika menginjak batas dari tanda yaitu, dengan selalu
menempelkan satu kaki tepat pada atau di belakang tanda meter ke-20 pada akhir tiap
kali lari. Apabila testee telah mencapai salah satu ujung batas lari sebelum
sinyal “tut” berikutnya, testee harus berbalik, dan menunggu isyarat bunyi
“tut”, kemudian melanjutkan kembali lari dan menyesuaikan kecepatan lari pada
level berikutnya. Testee harus berlari selama mungkin, sampai tidak mampu lagi
mengikuti kecepatan yang telah diatur dalam pita rekaman. Apabila testee gagal
mencapai jarak dua langkah menjelang garis ujung pada saat terdengar sinyal
“tut” teste masih diberi kesempatan untuk meneruskan dua kali lari agar dapat
memperoleh kembali langkah yang diperlukan sebelum ditarik mundur. Tes lari
multi tahap ini bersifat maksimal dan progresif, artinya menjelang saat-saat
terakhir, cukup mudah pada masa permulaannya, tetapi akan makin sulit dan
meningkat.
Tabel
Prediksi Nilai Ambilan Oksigen Maksimum dengan Tes Lari Multitahap
(Departement
of Pysical Education and Sport Science Loughborough University, 1987)
Level
|
Shuttle
|
Prediksi VO2 Max
|
Level
|
Shuttle
|
Prediksi VO2 Max
|
4
4
4
4
5
5
5
5
6
6
6
6
6
7
7
7
7
7
8
8
8
8
8
9
9
9
9
10
10
10
10
10
|
2
4
6
9
2
4
6
9
2
4
6
8
10
2
4
6
8
10
2
4
6
8
11
2
4
6
11
2
4
6
8
11
|
26,8
27,8
28,3
29,5
30,2
31,0
31,8
32,9
33,6
34,3
35,0
35,7
36,4
37,1
37,8
38,5
39,2
39,9
40,5
41,1
41,8
42,4
43,3
43,9
44,5
45,2
46,8
47,4
48,0
48,7
49,3
50,2
|
11
11
11
11
11
11
12
12
12
12
12
12
13
13
13
13
13
13
14
14
14
14
14
14
15
15
15
15
15
15
|
2
4
6
8
10
12
2
4
6
8
10
12
2
4
6
8
10
13
2
4
6
8
10
13
2
4
6
8
10
13
|
50,8
51,4
51,9
52,5
53,1
53,7
54,3
54,8
55,4
56,0
56,5
57,1
57,6
58,2
58,7
59,3
59,8
60,6
61,1
61,7
62,6
62,7
63,2
64,0
64,6
65,1
65,6
66,2
66,7
67,5
|
Level
|
Shuttle
|
Prediksi VO2 Max
|
Level
|
Shuttle
|
Prediksi VO2 Max
|
16
16
16
16
16
16
16
17
17
17
17
17
17
18
18
18
18
18
18
18
19
19
19
19
19
19
19
|
2
4
6
8
10
12
14
2
4
6
8
10
12
2
4
6
8
10
12
15
2
4
6
8
10
12
15
|
68,0
68,5
69,0
69,5
69,9
70,5
70,9
71,4
71,9
72,4
72,9
73,4
73,9
74,8
75,3
75,8
76,2
76,7
77,2
77,9
78,3
78,8
79,2
79,7
80,2
80,6
81,3
|
20
20
20
20
20
20
20
20
21
21
21
21
21
21
21
21
|
2
4
6
8
10
12
14
16
2
4
6
8
10
12
14
16
|
81,8
82,5
82,6
83,0
83,5
83,9
84,3
84,8
85,2
85,6
86,1
86,5
86,9
87,4
87,8
88,2
|
3.5
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang akan
dipakai dalam pengolahan data pada penelitian nanti adalah menggunakan teknik
deskriptif kualitatif dengan persentase, dimana penelitian nanti bersifat
ekploratif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat kesegaran jasmani
siswa sekolah dasar yang ada di Kecamatan Ketanggungan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.
Ateng Abdul Kadir. 1992. Asas dan Landasan Pendidikan Jasmani. Jakarta : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Dwikusworo Eri Praktiknyo. 2006. Tes dan Pengukuran Olahraga. Semarang : FIK UNNES.
Ismaryati dan Sarwono. 2005. Pengukuran dan Evaluasi Olahraga. Surakarta : IMS PRESS.
Junaidi Said. 2003. Pembinaan Olahraga Usia Dini. Semarang : UNNES.
Lutan Rusli dan Suherman Adang. 2000. Perencanaan Pembelajaran Penjaskes.
Jakarta : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan
Mirkin Gabe dan Hoffman Marshall. 1984. Kesehatan Olahraga. Jakarta : PT Grafidian
Jaya.
Sharkey J Brian. 3003. Kebugaran & Kesehatan. Jakarta : PT Raja Grafmdo Persada.
Soepanvoto, dkk. 2006.
Psikciogi Perkembangan. Semarang :
UPT MKK UNNES.
Sudarno. 1992. Pendidikan Kesegaran Jasmani. Jakarta : Departemen pendidikan dan
Kebudayaan.
Sugiyanto
dan Sujarwo. Perkembangan dan Belajar Gerak. Jakarta : Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Suniar
Leane. 2002. dukungan Zat-zat Gizi untuk Menunjang Prestasi Olahraga. Jakarta : Kata Media.
The
National Coaching Foundation. 1999. multistage Fitness Test. Surakarta : The
National Choaching Foundation.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar