Kamis, 21 Maret 2013

Proposal Skripsi Penjas


PROPOSAL SKRIPSI
SURVEY TINGKAT KESEGARAN JASMANI SISWA SEKOLAH DASAR
DI KECAMATAN KETANGGUNGAN KABUPATEN BREBES
TAHUN 2008/2009




Disusun Oleh :
NAMA                             : WIGNYO ADIWIBOWO
NIM                                  : 6101907013
JURUSAN                       : PJKR – PGPJSD



FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2009

BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah
Olahraga merupakan salah satu bentuk kegiatan fisik dan banyak dilakukan oleh berbagai kalangan masyarakat, dari mulai anak-anak, remaja, dewasa, baik laki-laki maupun perempuan. Salah satu alasan mereka melakukan olahraga adalah mereka mendapatkan kesegaran jasmani dari aktifitas olahraga tersebut yang berpengaruh terhadap kesehatan tubuh sehingga mereka bisa melakukan kegiatan-kegiatan lain dengan lebih baik. Selain itu olahraga juga dimaksudkan untuk pencapaian prestasi bagi mereka yang menggelutinya.
Dalam kegiatan olahraga, hal yang sangat penting guna menunjang prestasi olahraga adalah seberapa besar tingkat kesegaran jasmani yang dimiliki oleh seorang atlet, karena dengan memiliki tingkat kesegaran jasmani yang baik, seseorang akan mempunyai daya tahan (endurance) yang baik yang berguna dalam menunjang kegiatan olahraga yang dilakukan.
Daya tahan tersebut ditentukan oleh kemampuan jantung dan paru-paru dalam menghirup oksigen dan menyalurkannya pada bagian tubuh yang bekerja dalam rentang waktu lebih dari tiga menit atau lebih dikenal dengan istilah VO2 maksimal. Oksigen yang digunakan juga ditentukan oleh ukuran tubuh seseorang, karena semua jaringan yang ada pada tubuh mempergunakan oksigen tersebut. Sehingga jika orang tersebut memiliki tubuh yang besar, maka konsumsi oksigen maksimal yang lebih besar jika dibandingkan dengan orang yang memiliki tubuh lebih kecil.
Pada kenyataannya sering dijumpai bahwa ada atlet yang mampu berprestasi baik, tetapi dengan semakin tumbuh, prestasi tersebut semakin menurun bahkan hilang. Hal tersebut juga terjadi di kecamatan Ketanggungan. Khususnya pada cabang olahraga yang dimulai dari tingkat sekolah dasar, yang kemudian semakin meningkat usia, perkembangan dan pertumbuhannya prestasi olahraga tersebut semakin menurun. Terdapat faktor-faktor yang dapat menentukan konsumsi oksigen maksimal, antara lain : Pertama, jantung, paru dan pembuluh darah harus berfungsi dengan baik, sehingga oksigen yang dihisap oleh paru selanjutnya sampai ke darah. Kedua, proses penyampaian oksigen ke jaringan-jaringan oleh sel-sel darah merah harus normal, jumlah sel darah merah harus normal. Ketiga, jaringan-jaringan terutama otot harus mempunyai kapasitas yang normal untuk mempergunakan oksigen yang disampaikan kepadanya.
Kecamatan Ketanggungan merupakan kecamatan yang ada di kabupaten Brebes, dan merurpakan kota kecamatan yang sudah cukup maju. Daerahnya terdiri dari daerah dataran rendah sampai dataran tinggi. Kecamatan Ketanggungan terdiri dari 20 desa, dan memiliki kurang lebih 58 sekolah dasar, dan dalam mata pelajaran pada sekolah dasar tersebut terdapat mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) yang diberikan 2 jam bagi kelas 1 sampai kelas 3 dan 4 jam bagi kelas 4 sampai kelas 6. Selain itu banyak sekolah dasar di kecamatan Ketanggungan yang mengadakan ekstrakurikuler sekolah.
Secara keseluruhan masyarakat di kecamatan Ketanggungan bekerja dalam bidang pertanian, meskipun ada yang bekerja dalam bidang perdagangan, pegawai negeri, wiraswasta dan banyak lagi profesi lain yang terdapat di kecamatan Ketanggungan. Secara ekonomi, masyarakat Ketanggungan rata-rata termasuk dalam golongan kelas ekonomi menengah ke bawah, meskipun tidak sedikit juga yang termasuk golongan kelas ekonomi atas. Dalam bidang pendidikan, khususnya tingkat sekolah, sebagian besar masyarakat Ketanggungan sudah mengenyam bangku sekolah dasar, bahkan untuk sekarang ini sebagian masyarakat di kecamatan Ketanggungan sudah banyak juga yang melanjutkan ke jenjang berikutnya, bahkan banyak yang melanjutkan sampai ke perguruan tinggi.
Pada bidang olahraga, masyarakat di kecamatan Ketanggungan sudah cukup mengenal apa itu olahraga dan apa manfaatnmya. Banyak fasilitas olahraga yang bisa dipergunakan untuk umum, seperti : lapangan bulutangkis indoor, tenis lapangan, sepak bola, bola voli, kolam renang dan fasilitas olahraga lainnya yang terdapat di kecamatan Ketanggungan. Kecamatan Ketanggungan termasuk kota kecamatan yang mempunyai prestasi olahraga baik, baik itu ditingkat kabupaten atau provinsi. Prestasi olahraga tersebut dicapaiu dari cabang-cabang olahraga bola voli, sepak takraw, renang , atletik, ataupun cabang olahraga lainnya. Bahkan prestasi tersebut diperoleh oleh siswa sekolah dasar pada tingkat provinsi, seperti yang didapat atlet atletik lompat tinggi Dirtam yang mendapat perak pada tahun 2004, Ratu Dina Aisyah yang mendapat perak pada nomor tolak peluru pada tahun 2005 dan Nanang Kosim yang mendapat emas dan perak pada nomor lari 60 meter tingkat kebupaten di tahun 2007  dan 2008. kecamatan Ketanggungan juga selalu rutin mengadakan seleksi pekan olaharaga  pelajar daerah yang diadakan untuk anak sekolah dasar, baik itu untuk cabang-cabang olahara yang dipertandingkan pada nomor beregu ataupun perorangan, yang terbagi dalam olahraga permainan, diantaranya : Bola voli mini, sepak takraw, tenis meja, bulutangkis, tenis lapangan dan lain-lain. Olahraga prestasi diantaranya: Atletik dengan nomor lari cepat, tolahk peluru, lompat jauh dan lompat tinggi. Selain itu untuk pekan olahraga pelajar daerah tingkat kabupaten, kecamatan Ketanggungan selalu mengikutsertakan atletnya untuk bertanding, termasuk juga untuk atlet kategori siswa sekolah dasar. Berdasarkan keadaan dari kecamatan Ketanggungan, baik itu secara geografis, ekonomi, sosial dan kebudayaan yang telah diuraiakan di atas cukup bervariasi, maka survey tingkat kesegaran jasmani untuk siswa sekolah dasar di kecamatan Ketanggungan sangat penting dilakukan karena terdapat banyak manfaat yang nantinya bisa diambil, baik untuk pihak intern maupun pihak lain yang memerlukannya.
I.2. Rumusan Masalah
Setelah mengetahui bahwa terdapat banyaknya sekolah dasar yang ada di kecamatan Ketanggungan, maka banyak pula siswa sekolah dasar yang mengikuti kegiatan olahraga baik itu yang melalui kegiatan mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan maupun yang melalui kegiatan ekstrakurikuler, ataupun mereka yang mengikuti pekan olahraga pelajar daerah yang diadakan dari tingkat kecamatan, kabupaten sampai provinsi. Masalah yang akan dibahas dalam skripsi adalah :
Seberapa besar tingkat kesegaran jasmani yang dimiliki siswa sekolah dasar yang ada di kecamatan Ketanggungan?
I.3. Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan penelitian yang akan dilakukan pasti memiliki tujuan yang akan dicapai, baik itu tujuan secara umum dan tujuan secara khusus. Dalam hal ini tujuan umum dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahuai seberapa besar tingkat kesegaran jasmani yang dimiliki oleh siswa sekolah dasar di kecamatan Ketanggungan.
Adapun tujuan khusus dari kegiatan penelitian ini adalah :
1.                  Mengetahui tingkat kesegaran jasmani yang ada di berbagai daerah di kecamatan Ketanggungan baik yang ada dataran tinggi dan jauh dari kota kecamatan ataupun yang berada di dataran rendah dan letaknya di sekitar kota kecamatan.
2.                  Mengetahui tingkat kesegaran jasmani anak usia sekolah dasar di kecamatan Ketanggungan sasuai dengan kelompuk usianya.
3.                  Mengetahui perkembangan kemampuan anak usia sekolah dasar sesuai dengan tahap perkembangan kemampuan fisik anak seusianya.
I.4. Manfaat Penelitian
Dalam kegiatan penelitian ini dapat diambil beberapa manfaat, baik itu untuk pribadi secara khusus, atau untuk badan atau organisasi lain yang secara langsung atau tidak langsung bisa dirasakan, diantaranya:
1.                  Mengetahui seberapa besar tingkat kesegaran jasmani yang dimiliki siswa sekolah dasar di kecamatan Ketanggungan.
2.                  Sebagai acuan untuk menentukan langkah apa yang harus dilakukan bagi peningkatan kesegaran jasmani khususnya siswa sekolah dasar di kecamatan Ketanggungan.
3.                  Sebagai tolak ukur bagi insan olahraga di kecamatan Ketanggungan, apakah kesegaran jasmani yang dimiliki siswa usia sekolah dasar di kecamatan Ketanggungan berpengaruh terhadap prestasi olahraga, baik di tingkat kecamatan, kabupaten dan provinsi.
4.                  Sebagai koreksi dan evaluasi bagi insan olahraga khususnya di kecamatan Ketanggungan agar bisa menjaga kesegaran jamaninya.
5.                  Memberi pengertian kepada semua masyarakat, khususnya di kecamatan Ketanggungan untuk mawas diri dan bisa menjaga kesehatan melalui kegiatan kegiatan pendidikan jasmani olahraga dan keseharan dan kegiatan-kegiatan lainnya yang sudah tersedia di lingkungan mereka.
I.5. Penegasa Istilah
Kesegaran Jasmani
Kemampuan seseorang untuk melakukan pekerjaan berat sehari-hari tanpa mengalami merasa cepat lelah dan masih mempunyai tenaga sisa atau tenaga cadangan untuk melakukan kegiatan berikutnya.
Daya Tahan
Kemampuan untuk bertahan dan melawan rasa lelah (Brian J Sharkey, 2003:353). Daya tahan umum atau daya tahan kardiovaskuler adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kegiatan yang berintensitas sedang di seluruh tubuh dan sebagian besar otot untuk periode waktu yang lama.
Daya tahan kardiovaskuler respirasi adalah kesanggupan sistem jantung, paru-paru dan peredaran darah untuk berfungsi secara optimal saat melakukan aktivitas sehari-hari dalam waktu lama tanpa mengalami kelelahan yang berarti.
Daya tahan otot adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk melakukan kontraksi yang berulang-ulang pada periode waktu yang lama.
VO2 Maksimal
Kemampuan maksimal tubuh untuk mengangkut oksigen ke otot.
Sehat
Satu keadaan berfungsinya sistem organ tubuh dan sel-sel secara normal.
Pertumbuhan
Proses peningkatan yang ada pada diri seseorang yang bersifat kuantitatif atau peningkatan dalam hal ukuran.
Perkembangan
Proses perubahan kapasitas fungsional atau kemampuan kerja organ-organ tubuh kearah keadaan yang makin terorganisasi dan terspesialisasi.
Ketanggungan
Salah satu kota kecamatan yang ada di kabupaten Brebes, provinsi Jawa Tengah, dimana akan dilaksanakannya penelitian tersebut.
Usia Kronologis
Lamanya waktu terhitung sejak seseorang dilahirkan samapi saat kapan orang tersebut dinyatakan usianya.
Hidrat Arang atau Karbohidrat
Bahan-bahan makanan sederhana (misalnya gula) dan makana kompleks (misalnya kentang, nasi, kacang, gandum dan jagung) yang kita gungakan sebagai energi, disimpan dalam hati dan otot sebagai glikogen, sedangkan kelebihannya disimpan sebagai lemak. (Brian J Sharkey, 2003:352)
Lemak
Sumber energi yang penting, disimpan untuk digunakan dimasa yang akan datang ketika kelebihan kalori digunakan. (Brian J Sharkey, 2003:354)
Protein
Unsur organik yangterbentuk dari asam amino, membentuk jaringan otot, hormon dan enzim. (Brian J Sharkey, 2003:356)
Feksibilitas
Keleluasaan gerak persendian. Jangkauan dalam anggota tubuh dalam bergerak. (Brian J Sharkey, 2003:354)

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1  Kesegaran Jasmani
Kesegaran jasmani merupakan suatu aspek, yaitu aspek fisik dari kesegaran total. Aspek tersebut terdiri dari kesegaran motorik, kesegaran kapasitas fungsional, berupa kekuatan dan daya tahan otot serta daya tahan kardiovaskuler, kesegaran emosional dan kesegaran itelektual.
2.1.1  Batasan Kesegaran Jasmani
Kita mengenal batasan-batasan kesegaran jasmani antara lain diuraiakn oleh :
a.   Scott dan French
Orang yang fit atau segar adalah orang yang sehat dan mempunyai kemampauan untuk mengatasi pekerjaan sehari-hari dan masih mempunyai tenaga yang cukup yang tidak hanya untuk menghadapi keadaan darurat saja tetapi juga untuk mengisi waktu-waktu luang.
b.  R. Radioputra
Ditinjau dari sudut sosial, orang yang mempunyai physical fitness dapat diartikan orang yang mempunyai cukup kekuatan dan daya than untuk melakukan pekerjaan dengan biak tanpa menimbulkan kelelahan, dan mempunyai kemampuan untuk mengatasi kesukaran yang tidak terduga-duga, dimana dibutuhkan usaha jasmaniah yang biasanya tidak pernah dilakukan, serta dapat dinikmati sebanyak-banyaknya waktu luang.
c.   Hasil seminar kesegaran jasmani tahun 1971 di Jakarta
Seseorang yang memiliki kesegaran jasmani dapat diartikan orang yang mempunyai kesanggupan dan kemampuan untuk melakukan pekerjaan dengan efisien tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti.
Dengan batasan-batasan yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa seseorang yang memiliki kesegaran jasmani yang baik, ketika melakukan suatu aktivitas kemudian melakukan aktivitas yang lain tidak akan merasakan kelelahan yang berarti dan masih bisa melakukan aktivitas yang lain tersebut dengan baik.
2.1.2    Aspek-aspek kesegaran jasmani
Masalah kesegaran jasmani tidak begitu saja bisa terlepas dari faktor emosional, mental dan spiritual manusia, serta segala fungsinya dalam arti keseluruhan mustahil dapat terpecahkan dalam bagian-bagian tersendiri. Terdapat beberapa aspek yang membagi fungsi tersebut diantaranya :
a.   Kemampuan statis
Tidak adanya cacat atau penyakit
b.  Kemampuan dinamis
Kemampuan untuk melakukan kesegaran jasmni yang berat, yang tidak memerlukan ketangkasan khusus.
c.   Kemampuan jasmani
Kemampuan melakukan gerakan-gerakan yang terkoordinir.
d.  Kemampuan mental
Kemampuan menghadapi lika-liku kehidupan sehingga diperlukana mental yang tangguh.
e.   Kemampuan sosial
Kemampuan seseorang untuk berdiri sendiri tanpa menggantungkan hidupannya kepada belas kasihan orang lain. Dengan demikian orang yang mempunyai kesegaran jasmani yang baik akan mampu melakukan tugasnya dengan baik pula.
2.1.3    Fungsi kesegaran jamani
Fungsi dari kesegaran jasmani dapat digolongkan menjadi sebagai berikut :
a.   Golongan yang dihubungkan dengan pekerjaan
1.  Kesegaran jasmani bagi olahragawan untuk mengingkatkan prestasi
2.  Kesegaran jasmani bagi karyawan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
3.  Kesegaran jasmani bagi pelajar dan mahasiswa untuk mempertinggi kemampuan belajar.
b.  Golongan yang dihubungkan dengan keadaan
1.  Kesegaran jasmani bagi penderita cacat untuk rehabilitasi.
2.  Kesegaran jasmani bagi ibu hamil untuk perkembangan bayi dalam kandungan dan persiapan menghadapi persalinan.
c.   Golongan yang dihubungkan dengan usia
1.  Kesegaran jasmani bagi anak-anak untuk menjamin pertumbuhan dan perkembangan yang baik.
2.  Kesegaran jasmani bagi oran tua untuk mempertahankan kondisi fisik terhadap serangan penyakit.
Menurut Rusli Lutan dan Adang Suherman kesegaran jasmani terdiri atas komponen kekuatan otot, daya tahan otot, daya tahan kardsiovaskuler, dan fleksibilitas. Daya tahan kardiovaskuler atau daya tahan umum sering dianggap sebagai faktor kunci kesegaran jasmani. Dalam kesegaran jasmani juga terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesegaran jasmni seseorang, dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesegaran jasmani antara orang satu dengan orang yang lain berbeda, diantaranya yaitu makanan, karena makanan yang kita makan sehari-hari merupaklan sumber tenaga yang digunakan untuk melakukan kegiata kita setiap harinya, dimana pada makanan tersebut harus terdapat unsur-unsur berupa zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh kita, sehingga dapat mensuplai kebutuhan akan energi.
Pada dasarnya pengaturan akan gizi tersebut perlu diperhatikan keseimbangannya, antara energi yang diperoleh dari makanan dan minuman dengan energi yang dibutuhkan untuk metabolisme, kerja tubuh dan penyediaan tenaga (energi) pada waktu istirahat ataupun pada waktu melakukan kegiatan olahraga. Diantara makanan sumber zat gizi terdapat makanan sumber penghasil energi yang diperlukan untuk mempertahankan fungsi tubuh agar dapat berfungsi dengan baik, perederan darah, persyarafan, pernafasan, gerak otot sehingga dapat melakukan kegiatan dengan baik. Energi ini didapat dari zat gizi hidrat arang, lemak dan protein.
a.   Hidrat arang atau Karbohidrat
Sumber utama karbohidrat di dalam makanan berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hanya sedikit saja yang termasuk bahan makanan hewani. Karbohidrat nabati di dalam makanan manusia terutama berasal dari timbunan, yaitu biji, batang dan akar. Sumber yang kaya akan karbohidrat  umumnya termasuk bahan makanan pokok. Karbohidrat hewani berbentuk glikogen, terutama terdapat di dalam otot (daging) dan hati. Namun demikian jumlahnya terbatas dan setelah binatang mati glikogen mengalami penguraian sehingga karbohidrat di dalam daging menjadi nol ketika sampai di dapur untuk dimasak. Selain itu terdapat jenis buah-buahan yang memiliki kandungan karbohidrat yang cukup tinggi seperti pisang, sawo, nangka, sukun dan kelewih. Bahan makanan pokok di Indonesia yang terdapat banyak karbohidrat adalah berupa beras (serealis), akar dan umbi serta ekstra tepung, seperti sagu. Fungsi karbohidrat di dalam tubuh merupakan sumber utama energi dari tiga sumber utama energi, yaitu : karbohidrat, lemak, protein.
b.  Protein
Protein merupakan zat gizi yang sangat penting, karena semua hayat hidup sel berhubungan dengan zat gizi protein. Sumber didapat dari sumber protein hewani dan nabati. Sumber protein hewani dapat berbentuk daging dan alat-alat dalam seperti hati, pangkreas, ginjal, paru, dan jerohan terdiri dari babat (gaster) dan iso (usus halus dan usus besar). Susu dan telur termasuk juga sumber protein hewani berkualitas tinggi, sedangkan ikan, kerang-kerangan dan jenis udang merupakan kelompok sumber protein yang baik karena mengandung sedikit lemak. Fungsi dari protein adalah sebegai salah satu sumber utama energi bersama dengan karbohidrat dan lemak, tetapi energi yang berasal dari protein merupakan sumber energi yang mahal, sehingga tidaklah ekonomis apabila sebagian energi yang dibutuhkan oleh tubuh disediakan di dalam makanan yang mengandung protein. Selain itu fungsi protein sangat erat hubungannya dengan hayat hidup sel, sebagai zat pembangun, pertumbuhan dan pemeliharanaan jaringan, menggantikan sel-sel yang mati dan aus.
c.   Lemak
Sumber lemak berasal dari lemak nabati dan hewani. Lemak nabati berasal dari bahan makanan tumbuh-tumbuhan, sedangkan lemak hewani berasal dari binatang, termasuk ikan, telur dan susu. Lemak bersama-sama dengan karbohidrat dan protein merupakan sumber utama energi. Di dalam tubuh lemak berfungsi sebagai cadangan energi dalam bentuk jaringan lemak yang ditimbun ditempat-tempat tertentu. Jaringan lemak juga berfungsi sebagai bantalan organ-organ tubuh tertentu.
Selain makanan, olahraga juga mempengaruhi kesegaran jasmani seseorang. Orang yang sering berolahraga membiasakan dirinya dalam mengkonsumsi oksigen yang lebih banyak daripada tidak berolahraga. Dalam kegiatan olahraga tersebut juga memtantu dalam pemeliharaan organ-organ tubuh yang lain seperti pada jantung, sistem vaskuler dan organ-organ lain.
Banyak aktivitas dan pekerjaan yang dilakukan oleh orang-orang dewasa ini, tetapi mereka lupa bahwa kebiasaan yang mereka lakukan setiap hari dari pola hidup yang tidak baik seperti biasa tidur malam, melakukan aktivitas yang mengandalkan kerja mesin padahal bisa dilakukan dengan menggunakan kerja organ kita mempengaruhi kesegaran jasmani meraka.
Lingkungan merupakan faktor yang sangat penting dalam mempengerahui kesegaran jasmani seseorang. Seseorang dimana mempunyai lingkungan hidup yang sehat seperti kondisi rumah, pola hidup dan lain-lain berpengaruh terhadap kesehatan dari tubuh tersebut. Orang yang sudah mempunyai pola hidup yang tidak sehat  berpengaruh terhadap kerja dari organ-organ tubuh tersebut, yang nantinya berpengaruh terhadap tingkat kesegaran jasmaninya.
2.2  Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar
Anak usia sekolah dasar merupakan akhir dari masa kanak-kanak, dimana terdapat label yang digunakan baik dari oranga tua, para pendidik, dan ahli psiklologi.
            Label yang digunakan orang tua
a.   Usia yang menyulitkan
Masa dimana anak tidak lagi menuruti perintah, lebih banyak dipengaruhi oleh teman sebaya daripada orang tua, atau anggota keluarga lain.
b.  Usia tidak rapi
Masa dimana anak cenderung tidak lagi memperdulikan, ceroboh dalam penampilan, dan kamarnya berantakan.
c.   Usia bertengkar
Masa dimana banyak terjadi pertengkaran antar keluarga dan suasana tidak menyenangkan lagi semua anggota keluarga.
            Label yang digunakan para pendidik
a.   Usia sekolah dasar
Anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh keterangan penting tertentu.
b.  Periode kritis dalam dorongan berprestasi
Masa dimana anak membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses, tidak sukses, atau sangat sukses. Perilaku berprestasi pada masa kanak-kanak mempunyai korelasi yang tinggi dengan perilaku pada masa dewasa.
            Label yang digunakan ahli psikologi
a.   Usia berkelompok
Masa dimana perhatian utama anak tertuju pada keinginan diterima teman sebaya sebagai anggota kelompok, terutama kelompok yang bergengsi dalam pandangan teman-temannya.
b.  Usia penyesuaian diri
Anak menyesuaikan diri dengan standar yang disetujui oleh kelompoknya.
            Karakteristik Kondisi Fisik Anak Usia Sekolah Dasar
Menurut Eri Praktiknyo Dwikusmoro (2006) kondisi fisik terdiri dari 9 komponen yaitu :
  1. Kekuatan ( Strength)
Kekuatan adalah kemampuan otot atau sekelompok otot seseorang untuk menahan atau menerima beban kerja. Kekuatan otot adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk melakukan 1 kali kontraksi secara maksimal melawan tahanan/beban (fisiologis).
  1. Daya Tahan ( endurance)
Daya tahan umum atau daya tahan kardiovaskuler atau general endurance adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kegiatan yang berintensitas sedang di seluruh tubuh dan sebagian besar otot untuk periode waktu lama. Daya tahan otot adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk melaklukan kontraksi yang berulang-ulang pada periode waktu lama.
  1. Kecepatan (speed)
Kecepatan adalah kemampuan seseorang yang memungkinkan orang berpindah tempat atau melakukan gerakan yang sama atau tidak sama secepat mungkin. Kecepatan bersifat lokomotor dan gerakannya bersifat siklik (satu jenis gerakan dilakukan berulang-ulang seperti lari) atau kecepatan gerak bagian tubuh seperti melakukan pukulan.
  1. Daya Ledak (power)
Daya ledak adalah gabungan antara kecepatan dan kekuatan atau pengerahan gaya otot maksimum dengan kecepatan maksimum.
  1. Kelincahan (agility)
Kelincahan adalah kemampuan untuk merubah arah atau posisi tubuh dengan cepat.
  1. Kelentukan (flexibility)
Kelentukan adalah kemungkinan gerak maksimal yang dapat dilakukan oleh suatu persendian. Kelentukan berkaitan dan berhubungan dengan bentuk persendian itu sendiri, otot, tendon dan ligament di sekeliling persendian.
  1. Keseimbangan (balance)
Keseimbangan adalaha kemampuan mempertahankan sikap dan posisi tubuh secara tepat pada saat diam (static balance) atau pada saat melakukan suatu gerakan (dynamic balance).
  1. Koordinasi (coordination
Koordinasi merupakan kemampuan melakukan kerja atau gerakan dengan tepat dan efisien. Pada seseorang yang tidak memiliki koordinasi yang baik, akan berakibat pengeluaran tenaga yang berlebihan, keseimbangan terganggu, cepat lelah dan mudah terjadi cidera.
  1. Kecepatan Reaksi (reaction time)
Kecepatan reaksi adalah waktu yang dipergunakan antara munculnya stimulus atau rangsangan dengan awal reaksi.
Anak yang berusia antara 6 sampai dengan 10 atau 12 tahun termasuk anak usia besar. Perkembangan fisik anak yang terjadi pada masa ini menunjukan adanya kecenderungan yang berbeda dibanding pada masa sebelumnya dan juga masa sesudahnya. Kecenderungan perbedaan yang terjadi adalah dalam hal kepesatan dan pola pertumbuhan yang berkaitan dengan proporsi ukuran bagian-bagian tubuh. Pada masa anak usia ini pertumbuhan fisik anak laki-laki dan anak perempuan sudah mulai menunjukan kecenderungan semakin jelas tampak adanya perbedaan.
Pertumbuhan fisik erat kaitannya dengan terjadinya proses peningkatan kematangan fisiologis pada diri setiap individu. Proses peningkatan kematangan secara umum akan terjadi sejalan dengan bertambahnya usia kronologis. Usia kronologis adalah lamanya waktu terhitung sejak seseorang dilahirkan sampai saat kapan orang tersebut dinyatakan usianya. Pertumbuhan dan peningkatan kemampuan fisik dan fisiologis membawa dampak pada perkembangan kemampuan fisik, terutama dalam hal kekuatan fleksibilitas, keseimbangan dan koordinasi.
Indikator untuk menaksir kematangan adalah berdasarkan pertumbuhan atau perkembangan unsur-unsur yang ada pada diri seseorang, misalnya : pertumbuhan tulang, pertumbuhan gigi, pertumbuhan tanda-tanda kelamin sekunder, dan pertumbuhan ukuran tubuh. Sesuai dengan beberapa macam indikator tersebut, ada beberapa macam usia perkembangan kematangan fisiologis, yaitu : usia skeletal, usia dental, usia sifat kelamin sekunder dan usia morfologis.
  1. Usia Skeletal
Usia perkembangan kematangan yang didasarkan pada pertumbuhan tulang. Untuk menilai usia skeletal dilakukan dengan cara memfoto bagian tubuh tertentu dengan menggunakan radiograf atau sinar X. bagian tulang yang difoto adalah bagian tulang pergelangan tangan, tulang panjang atau gigi.
  1. Usia Dental
Usia perkembangan kematangan yang didasarkan pada pertumbuhan dan tanggalnya gigi. Penilaian dilakukan dengan menghitung jumlah dan macam gigi yang telah tumbuh. Gigi pertama lebih kurang tumbuh pada usia 6 bulan sampai dengan usia lebih kurang 2 tahun. Pada umur lebih kurang 6 tahun gigi mulai ada yang tanggal dan tumbuh gigi pengganti, ini terjadi samapai usia 13 tahun.
  1. Usia Sifat Kelamin Sekunder
Usia perkembangan kematangan yang didasarkan pada pertumbuhan dan perkembangan sifat-sifat kelamin sekunder, yaitu dengan mengetahui tingkat kematangan genital, tumbuhnya rambut kemaluan, dan perkembangan dada.
  1. Usia Morfologis
Usia perkembangan kematangan yang didasarkan pada ukuran tingi dan berat badan serta berbagai ukuran arthropometrik lainnya dalam hubungannya dengan usia kronologis. Penilaian terhadap seseorang dilakukan dengan cara membandingkan dengan ukuran tubuhnya, misalnya tinggi badan atau berat badan dengan table tinggi badan atau berat badan yang dibuat dengankebanyakan orang seusianya.
Diantara 4 macam cara menilai perkembangan kematangan fisik dan fisiologis, penilaian usia morfologis adalah yang paling mudah dilaksanakan dengan catatan sudah ada table standarnya.
Ke-3 tipe tubuh menurut Sheldon adalah :
  1. Mesomorph, kodenya 171
  2. Endomorph, kodenya 711
  3. Ectomorph, kodenya 117
Sedangkan menurut Papalia dan Olds, 1975 : 406, tipe tubuh dan sifat umum yang dimiliki adalah :
  1. Mesomorph
Sehat, kuat, gagah dan tampan. Ramah, sopan dan jujur. Periang dan banyak teman.
  1. Endomorph
Gemuk, bulat, jelek dan mudah sakit. Mudah gugup, kikir, malas, pelupa dan pembual.
  1. Ectomorph
Text Box: Perenang jarak jauh

Text Box: Pelari marathon
Perenang jarak pendek

 
Angkat berat

 
Pesenam, pegulat

 
171
 

271

253

243

444

542
 
Mesomorph
 
Kecil, kerempeng dan mudah sakit. Pendiam, suka menyendiri dan licik. Mudah khawatir, takut dan sedih.
117
 
711
 
Endomorph
 
Ectomorph
 
                                                                                   











                                                                                                                            

Sejalan dengan pertumbuhan fisik dimana anak semakin tinggi dan semakin besar, maka ada beberapa macam kemampuan fisik yang cukup nyata perkembangannya pada masa anak besar adalah : kekuatan, fleksibilitas, keseimbangan dan koordinasi..
  1. Perkembangan kekuatan
Kekuatan merupakan hasil kerja otot yang berupa kemampuan untuk mengangkat, menjinjing, menahan, mendorong, atau menarik beban. Semakin besar penampang lintang otot, akan semakin besar pula kekuatan yang dihasilkan dari hasil kerja otot tersebut. Sebaliknya, semakin kecil penampang lintangnya, akan semakin kecil pula kekuatan yang dihasilkan.
Metheny (1941) menyimpulkan bahwa anak-anak baik laki-laki maupun perempuan kekuatannya meningkat 65 % selama usia dari 3 sampai 6 tahun.
Sedangkan penelitian oleh meredith (1935), pada anak laki-laki kekuatannya meningkat dua kali lipat selama usia dari 6 sampai 11 tahun, dan meningkat 3,6 kali lipat selama dari 6 sampai 18 tahun.
Peningkatan kekuatan pada anak-anak erat hubungannya dengan pertumbuhan fisik secara menyeluruh. Sedangkan pertumbuhan fisik akan mengikuti bertambahnya usia. Kecepatan pertumbuhan fisik selama masa pertumbuhan tidak konstan, ada masa-masa pertumbuhan pesat dan lambat.
  1. Perkembangan fleksibilitas
Fleksibilitas adalah keleluasaan gerak persendian. Hupprich dan Sigerseth (1950), mengukur 12 bagian tubuh terhadap perempuan umur 6 sampai 18 tahun. Kesimpulannya sebagai berikut :
1)      umur 12 tahun anak perempuan mengalami peningkatan fleksibilitas secara umum, setelah itu mengalami penurunan.
2)      Ada pengecualian penurunan fleksibilkitas, yaitu : bahu, lutut dan paha mulai menurun mulai umur 6 tahun.
3)      Fleksibilitas pergelangan kaki adalah konstan seumur hidup.
4)      Fleksibilitas pada setiap bagian tubuh tidak ada interkorelasi.
  1. Perkembangan keseimbangan
Keseimbangan bisa diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu : keseimbangan statik dan keseimbangan dinamik. Keseimbangan statik yaitu kemampuan mempertahankan posisi tubuh tertentu untuk tidak bergoyang atau roboh. Sedangkan keseimbangan dinamik yaitu kemampuan mempertahankan tubuh tidak jatuh saat sedang melakukan gerakan. Antara umur 6 sampai 16 tahun anak-anak umumnya mengalami peningkatan keseimbangan dinamik, tetapi umur 12 sampai 14 tahun hanya sedikit peningkatannya.
            Pengukuran tingkat kesegaran jasmani
Prosedur yang paling penting dalam pengukuran konsumsi oksigen maksimal adalah kriteria untuk menentukan bahwa seseorang telah mencapai konsumsi oksigen maksimalnya. Pencapaian konsumsi oksigen maksimal ini ditandai oleh tidak  terjadinya peningkatan konsumsi oksigen maksimal (plateau) yang disebabkan oleh meningkatnya beban kerja.
Faktor-faktor yang menentukan konsumsi oksigen maksimal adalah :
d.  Jantung, paru dan pembuluh darah harus berfungsi dengan baik, sehingga oksigen yang dihisap ke dalam paru selanjutnya sampai ke darah.
e.   Proses penyampaian oksigen kejaringan-jaringan oleh sel-sel darah merah harus normal, yakni fungsi jantung harus normal, konsentrasi hemoglobin harus normal dan jumlah sel darah merah harus normal, serta pembuluh darah harus mampu mengalirkan darah dari jaringan-jaringan yang tidak aktif ke otot yang sedang aktif membutuhkan oksigen yang lebih besar.
f.   Jaringan-jaringan terutama otot harus mempunyai kapasitas yang normal untuk mempergunakan oksigen yang disampaikan kepadanya. Dengan kata lain harus mempunyai metabolisme yang normal.
Faktor-faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan konsumsi oksigen maksimal adalah adanya data-data tes khusus, seperti postur tubuh, massa otot yang digunakan, intensitas, durasi, efisiensi, mekanis di dalam melakukan tes, dan motivasi. Posisi harus tegak baik pada saat dilakukan tes dengan posisi duduk atau berdiri karena nilai konsumsi oksigen maksimal dicapai pada posisi ini. Karena meningkatnya aktivitas otot rangka menyebabkan meningkatnya sebagian besar konsumsi oksigen selama latihan, maka konsumsi oksigen maksimal dapat dicapai dengan aktivitas yang melibatkan otot-otot besar.
Ada beberapa macam tes yang dapat digunakan untuk mengukur konsumsi oksigen maksimal, diantaranya : tes lari 15 menit (lari balke), tes lari 1600 meter, multistage fitness tes.
a.   Tes lari 15 menit (lari balke)
Tes lari 15 menit (lari balke) bertujuan untuk mengukur tingkat kesegaran jasmani khususnya kemampuan kardiovakuler, mengukur ataupun memprediksikan VO2 Max seseorang. Alat yang digunakan dalam tes ini adalah stop watch, peluit, lintasan lari atau track dan balok-balok kecil berukuran 4 x 4 cm. Tes ini dilakukan dengan cara, orang berdiri di belakang garis start, start dilakukan dengan start berdiri. Pada aba-aba “ya” orang mulai berlari selama 15 menit sampai ada tanda peluit dibunyikan sebagai tanda berhenti yaitu setelah waktu tempuh 15 menit. Penilaian  VO2 Max dengan lari balke adalah menggunakan pedoman :
Jarak tempuh
15
 
VO2 Max = 33,3 + (                             -133) x 0,172

b.  Tes Lari 1600 meter
Tes lari 1600 meter bertujuan untuk mengukur daya tahan kerja jantung dan pernafasan atau mengukur VO2 Max. Alat yang dipergunakan dalam tes ini adalah lintasan lari 400 meter, bendera start, dan stop watch. Tes ini dilakukan dengan cara testee berdiri di belakang garis start dengan start berdiri, setelah aba-aba “ya” testee segera lari secepat-cepatnya sejauh 1600 m. Setelah menempuh lari 1600 m, stop watch dihentikan. Waktu tempuh lari sejauh 1600 m dan hasilnya dicatat dalam menit dan detik. Ada 2 penilaian, yaitu dengan menggunakan prediksi waktu tempuh dan menggunakan rumus untuk menghitung VO2 Max.
VO2 Max = 133,61-(13,89 x waktu tempuh)

c.   Multitasge Fintnees Test
Tes ini bertujuan untuk mengukur perkiraan ambilan oksigen maksimum (VO2 Max). Alat dan perlengkapan yang digunakan berupa lapangan permukaan datar tidak licin sekurang-kurangnya 22 meter, radio kaset, kaset, meteran, dan tanda pembatas.
Tes ini memerlukan persiapan yaitu dengan mengukur jarak sepanjang 20 meter, dan berilah tanda pada kedua ujungnya. Putarlah kaset pada radio kaset, jarak antara dua sinyal “ding” menandai waktu interval satu menit. Apabila waktunya berselisih 0,5 detik antara kedua ding, maka jarak larinya perlu diubah. Semua instruksi pelaksanaan tes terdapat pada kaset. Orang coba melakukan uji coba lari terlebih dahulu, pada saat “ding” orang coba lari sejauh 20 meter. Saat “ding” kedua orang coba lari kembali menuju garis awal dan seterusnya. Setelah selesai melakukan uji coba, orang segera menempatkan diri untuk melakukan tes seperti pada saat uji coba. Salah satu kaki ditempatkan di belakang garis, kemudian pada saat tanda “ding” lari sejauh 20 meter, pada saat “ding” berikutnya lari kembali ke tempat asal, dan seterusnya sampai orang tersebut tidak kuat lagi untuk berlari, atau dua kali tidak dapat mengikuti irama “ding” dan tertinggal dua langkah, maka orang tersebut disuruh berhenti. Tes ini dilakukan sampai 21 interval.
Hal-hal yang perlu diperhatikan peserta tes antara lain : memakai pakaian olahraga dan sepatu olahraga, tidak makan selama 2 jam menjelang pelaksanaan tes, tidak merokok, minum alkohol atau obat-obatan, tidak melakukan tes setelah melakukan latihan berat pada hari yang sama dan menghidari kondisi udara lembab atau udara panas. Hal lain yang perlu diperhatikan selama tes adalah mengingatkan bahwa kecepatan awal haruslah lambat dan tidak boleh memakai uji coba lari terlalu cepat, memperhatikan salah satu kaki orang uji coba apakah kaki telah menginjak tepat pada atau di belakang garis akhir setiap kali bolak-balik, memperhatikan testee agar berbalik dengan membuat sumbu putar pada kaki mereka dan agar jangan sampai berputar dalam suatu lengkungan lebar, apabila testee tertinggal sejauh 2 langkah atau lebih sebelum mencapai garis ujung batas, atau 2 kali bolak-balik dalam satu garis maka tariklah testee tersebut untuk keluar dari tes. Setelah tes berakhir lakukan gerakan pendinginan (cooling down) dengan cara berjalan dan diikuti oleh peregangan otot serta jangan duduk secara mendadak setelah melakukan tes tersebut.
Penilaian yang dilakukan dari awal sampai bunyi “ding” pertama sampai testee tidak mampu tagi berlari sesuai dengan irama tanda “ding”. Penilaian dilakukan pada level dan shuttle tertentu sesuai dengan kemampuan testee. Skor penilaian dan prediksi atau klasifikasi VO2 Max terdapat pada Tabel Penilian Multistage Fitness Test.
Dari ketiga tes di atas, multisage fitness test mempunyai kelebihan daripada tes laininya karena menghasilkan suatu perkiraan yang cukup akurat tentang konsumsi oksigen maksimal untuk berbagai kegunaan atau tujuan, selain itu tidak memerlukan peralatan yang mahal, prosedurnya sederhana, mudah pelaksanaannya, mudah didalam penafsiran hasil tes. Selain itu multistage test juga terlihat lebih menarik bagi testee yang akan melakukannya.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1  Jenis Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan merupakan bentuk penelitian survey, dimana masalah yang akan diteliti adalah tingkat kesegaran jasmani siswa sekolah dasar di Kecamatan Ketanggungan.
3.2  Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Pada penelitian nanti populasi yang akan diambil adalah para siswa pelajar sekolah dasar kelas IV dan V yang ada di Kecamatan Ketanggungan, baik laki-laki maupun perempuan.
3.3  Sampel dan Teknik Penarikan Sampel
Sesuai dengan keadaan daerah di Kecamatan Ketanggungan, dimana jarak antar desa yang satu dengan desa yang lainnya cukup jauh, maka teknik penarikan sample yang digunakan adalah menggunakan sample bertujuan atau purposive sample. Nantinya tidak semua siswa sekolah dasar kelas IV dan V yang ada di Kecamatan Ketanggungan mempunyai kesempatan yang sama untuk dijadikan sample, tetapi hanya akan diambil siswa sekolah dasar kelas IV dan V dari 4 sekolah dasar yang ada di Kecamatan Ketanggungan, yaitu SD Ciseureh 02, SD Cikeusal Kidul 01, SD Baros 02, dan SD Bulakelor 03. Pengambilan sample tersebut sudah dipertimbangkan sesuai dengan karakteristik tertentu yang merupakan ciri pokok dari populasi yang diambil, sehingga nantinya siswa yang dijadikan sample dapat mewakili daerahnya sebagai wakil untuk dijadikan sample penelitian.
3.4  Instrumen Penelitian
Suatu penelitian membutuhkan alat bantu dalam pengumpulan dan pengolahan data tentang variable-variabel yang akan diteliti sehingga memudahkan penelitian dilakukan. Dalam mengetahui tingkat kesegaran jasmani siswa sekolah dasar yang ada di Kecamatan Ketanggungan, instrumen yanig akan digunakan didalam penelitian nanti adalah multistage fitness test. Alasan peneliti menggunakan tes ini adalah karena tes ini cukup sederhana, dilakukan di lapangan, dan hasilnya cukup akurat untuk mengukur tingkat kesegaran jasmani untuk berbagai kegunaan dan tujuan.
Prosedur  pelaksanaan   tes   yang  perlu  diperhatikan   sebelum melaksanakan multistage fitness test adalah :
a.   Pencegahan
1)      Sebelum melakukan tes ini, sebaiknya apabila kondisi tubuh tidak berasa dalam kondisi sehat, atau sedang mengalami cidera, hendaknya konsultasikan terlebih dahulu kepada dokter.
2)      Sebelum melakukan tes, lakukan pemanasan terlebih dahulu.
3)      Jangan makan selama dua jam sebelum melaksanakan tes.
4)      Kenakan pakaian olahraga dan pakailah alas kaki yang dapat mengurangi kemungkin tergelincir.
5)      Jangan minum alkohol, obat, atau rokok sebelum tes.
6)      Jangan melakukan tes setelah melakukan latihan berat pada hari yang sama.
7)      Lakukan gerakan-gerakan pendinginan setelah menyelesaikan tes ini dengan berjalan dan diikuti dengan peregangan otot-otot, dan jangan duduk secara mendadak setelah melakukan tes ini.
b.  Perlengkapan
1)      Halaman, lapangan atau permukaan datar dan tidak licin, lapangan yang dibutuhkan sekurang-kurangnya 22 meter.
2)      Meteran atau pita pengukur, untuk mengukur jalur sepanjang 20 meter.
3)      Kerucut, sebagai tanda pembatas.
4)      Lebar lintasan kurang lebih 1 sampai 1,5 meter untuk tiap testee.
5)      Stopwatch
c.   Persiapan pelaksanaan
Ukurlah jarak sepanjang 20 meter, dan berilah tanda pada kedua ujungnya. Putarlah kaset pada radio kaset, jarak antar dua sinyal tut menandai waktu interval satu menit, apabila waktunya berselisih lebih besar dari 0,5 detik maka jarak tempat perlu diubah.

Tabel. Penyesuaian jarak lari bolak-balik berdasarkan kecepatan pemutar kaset
Periode Waktu Standar (Detik)
Jarak Lari
(meter)
Periode Waktu Statidaf (Detik)
Jarak Lari
(meter)
55,0
18,333
60,5
20,166
55,5
18,500
61,0
20,333
56,0
18,666
61,5
20,500
56,5
18,333
62,0
20,688
57,0
19,000
62,5
20,833
57,5
19,166
63,0
21,000
58,0
19,333
63,5
21,166
53,5
19,500
64,0
21,333
59,0
19,666
64,5
21,500
59,5
19,833
65,0
21,666
60,0
20,000



d.  Pelaksanaan tes
Hidupkan tape recorder. Pada bagian permulaan pita, jarak antara dua tanda “tut” menandai suatu interval satu menit yang telah terukur dengan tepat. Setelah pita kaset mengeluarkan sinyal suara “tut” tunggal pada beberapa interval yang teratur. Para testee berusaha agar dapat sampai keujung yang berlawanan atau sebelah seberang bertepatan dengan saat sinyal “tut” yang pertama berbunyi. Kemudian testee harus meneruskan berlari pada kecepatan seperti ini, dengan tujuan agar dapat sampai kesalah satu dari kedua ujung tersebut bertepatan dengan terdengarnya sinyal “tut” berikutnya.
Selama satu menit, interval waktu dari kedua sinyal “tut” akan berkurang, sehingga dengan demikian kecepatan lari harus makin ditingkatkan. Kecepatan lari pada menit pertama disebut level 1, kecepatan lari pada menit kedua disebut level 2, dan seterusnya. Masing-masing level berlangsung kurang lebih selama satu menit, dan rekaman pita berlangsung meningkat sampai ke level 21. Akhir tiap lari bolak-balik ditandai dengan sinyal “tut” tunggal, sedangkan akhir tiap level ditandai dengan sinyal “tut” selama tiga kali berturut-turut, serta oleh pemberi komentar dari rekaman pita tersebut.
Aturan bagi testee ketika menginjak batas dari tanda yaitu, dengan selalu menempelkan satu kaki tepat pada atau di belakang tanda meter ke-20 pada akhir tiap kali lari. Apabila testee telah mencapai salah satu ujung batas lari sebelum sinyal “tut” berikutnya, testee harus berbalik, dan menunggu isyarat bunyi “tut”, kemudian melanjutkan kembali lari dan menyesuaikan kecepatan lari pada level berikutnya. Testee harus berlari selama mungkin, sampai tidak mampu lagi mengikuti kecepatan yang telah diatur dalam pita rekaman. Apabila testee gagal mencapai jarak dua langkah menjelang garis ujung pada saat terdengar sinyal “tut” teste masih diberi kesempatan untuk meneruskan dua kali lari agar dapat memperoleh kembali langkah yang diperlukan sebelum ditarik mundur. Tes lari multi tahap ini bersifat maksimal dan progresif, artinya menjelang saat-saat terakhir, cukup mudah pada masa permulaannya, tetapi akan makin sulit dan meningkat.

Tabel Prediksi Nilai Ambilan Oksigen Maksimum dengan Tes Lari Multitahap
(Departement of Pysical Education and Sport Science Loughborough University, 1987)
Level
Shuttle
Prediksi VO2 Max
Level
Shuttle
Prediksi VO2 Max

4
4
4
4

5
5
5
5

6
6
6
6
6

7
7
7
7
7

8
8
8
8
8

9
9
9
9

10
10
10
10
10

2
4
6
9

2
4
6
9

2
4
6
8
10

2
4
6
8
10

2
4
6
8
11

2
4
6
11

2
4
6
8
11

26,8
27,8
28,3
29,5

30,2
31,0
31,8
32,9

33,6
34,3
35,0
35,7
36,4

37,1
37,8
38,5
39,2
39,9

40,5
41,1
41,8
42,4
43,3

43,9
44,5
45,2
46,8

47,4
48,0
48,7
49,3
50,2

11
11
11
11
11
11

12
12
12
12
12
12

13
13
13
13
13
13

14
14
14
14
14
14

15
15
15
15
15
15

2
4
6
8
10
12

2
4
6
8
10
12

2
4
6
8
10
13

2
4
6
8
10
13

2
4
6
8
10
13

50,8
51,4
51,9
52,5
53,1
53,7

54,3
54,8
55,4
56,0
56,5
57,1

57,6
58,2
58,7
59,3
59,8
60,6

61,1
61,7
62,6
62,7
63,2
64,0

64,6
65,1
65,6
66,2
66,7
67,5
Level
Shuttle
Prediksi VO2 Max
Level
Shuttle
Prediksi VO2 Max

16
16
16
16
16
16
16

17
17
17
17
17
17

18
18
18
18
18
18
18

19
19
19
19
19
19
19

2
4
6
8
10
12
14

2
4
6
8
10
12

2
4
6
8
10
12
15

2
4
6
8
10
12
15

68,0
68,5
69,0
69,5
69,9
70,5
70,9

71,4
71,9
72,4
72,9
73,4
73,9

74,8
75,3
75,8
76,2
76,7
77,2
77,9

78,3
78,8
79,2
79,7
80,2
80,6
81,3

20
20
20
20
20
20
20
20

21
21
21
21
21
21
21
21

2
4
6
8
10
12
14
16

2
4
6
8
10
12
14
16

81,8
82,5
82,6
83,0
83,5
83,9
84,3
84,8

85,2
85,6
86,1
86,5
86,9
87,4
87,8
88,2

3.5  Teknik Analisis Data
 Teknik analisis data yang akan dipakai dalam pengolahan data pada penelitian nanti adalah menggunakan teknik deskriptif kualitatif dengan persentase, dimana penelitian nanti bersifat ekploratif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat kesegaran jasmani siswa sekolah dasar yang ada di Kecamatan Ketanggungan.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.
Ateng Abdul Kadir. 1992. Asas dan Landasan Pendidikan Jasmani. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Dwikusworo Eri Praktiknyo. 2006. Tes dan Pengukuran Olahraga. Semarang : FIK UNNES.
Ismaryati dan Sarwono. 2005. Pengukuran dan Evaluasi Olahraga. Surakarta : IMS PRESS.
Junaidi Said. 2003. Pembinaan Olahraga Usia Dini. Semarang : UNNES.
Lutan Rusli dan Suherman Adang. 2000. Perencanaan Pembelajaran Penjaskes. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Mirkin Gabe dan Hoffman Marshall. 1984. Kesehatan Olahraga. Jakarta : PT Grafidian Jaya.
Sharkey J Brian. 3003. Kebugaran & Kesehatan. Jakarta : PT Raja Grafmdo Persada.
Soepanvoto,  dkk.  2006.  Psikciogi  Perkembangan.   Semarang   :  UPT  MKK UNNES.
Sudarno. 1992. Pendidikan Kesegaran Jasmani. Jakarta : Departemen pendidikan dan Kebudayaan.
Sugiyanto dan Sujarwo. Perkembangan dan Belajar Gerak. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Suniar Leane. 2002. dukungan Zat-zat Gizi untuk Menunjang Prestasi Olahraga. Jakarta : Kata Media.
The National Coaching Foundation. 1999. multistage Fitness Test. Surakarta : The National Choaching Foundation.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar