Pemimpin dan Pimpinan
“Ketika bangsa ini
tertatih-tatih, haruskah kita kehilangan banyak pemimpin?”
Pemimpin dan pimpinan adalah dua kata yang seakan sama, namun memiliki dua
makna yang berbeda. Ketika kita disuguhkan tentang pertanyaan manakah yang
lebih baik maknanya, maka kemungkinan kita akan terlihat bingung untuk
menentukan isinya.
Berbicara mengenai pemimpin atau pimpinan sudah barang tentu memiliki
bawahan atau ada sesuatu yang di bawahnya, namun dalam segi pemahamannya maka
akan berbeda jauh. Ketika kita bicara pemimpin maka akan tercipta sebuah
stereotip yang sebenarnya harus berbeda dengan makna pimpinan.
Pimpinan memiliki pemahaman bahwa ia harus memimpin berdasarkan
pengangkatan, dalam artian suka atau tidak suka bawahannya ia tetap menjadi orang
yang memimpin suatu jabatan. Makna pemimpin adalah ia memimpin berdasarkan
pengakuan oleh bawahan, dalam artian memang yang pantas memimpin.
Lalu apa hubungannya kita membahas pemahaman itu? dan apa konteksnya dengan
kebangsaan? ada, dan ternyata ini adalah salah satu hal yang membuat kita tak
bisa bangkit dari “keterpurukan”. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki
wilayah yang besar dan memiliki keragaman budaya yang begitu besar. Bahkan saat
ini sedang diperjuangkan untuk menjadi catatan dunia bahwa bangsa ini memiliki
kebudayaan terbanyak di dunia.
Maka tak ayal lagi, kita pun sebenarnya harus segera sesadar mungkin untuk
lakukan perubahan yang berarti bagi kemajuan bangsa. Berbicara pemimpin dan
pimpinan, kita akan kembali kepada konteks “pendewasaan” peradaban. Dalam
artian, tidak mudah menghasilkan pemimpin jika dibandingkan dengan pimpinan.
Seorang pimpinan entah itu memang “capable” atau tidak, mau tidak mau harus
memimpin karena ia diangkat meski terkadang tidak memiliki jiwa pemimpin. Namun
seorang pemimpin itu memang layak untuk di cari dan diperjuangkan. Mari kita
coba berfikir sama-sama, apakah memang sudah banyak pemimpin di negeri ini,
mari kita perhatikan hadits Rasulullah saw ini:
“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai
pertanggungjawabannya. Seorang imam adalah pemimpin dan akan dimintai
pertanggungjawabannya. Seorang suami adalah pemimpin terhadap keluarganya, dan
akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang istri adalah pemimpin dalam rumah
suaminya dan akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang pembantu adalah
pemimpin terhadap harta majikannya, dan akan dimintai pertanggungjawabannya.
Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawabannya.” (H.R. Bukhari dan Muslim )
Berbicara pimpinan bisa siapa saja untuk memimpin, namun yang harus kita
kritisi adalah apakah memang dia pantas jadi pimpinan atau apa benar ia
memiliki jiwa pemimpin? sebenarnya yang harus kita cari adalah pemimpin yakni
orang-orang yang bertanggungjawab dengan segala kesadarannya untuk menjaga
amanah yang diberikan kepadanya, yang berani mengambil resiko untuk kepentingan
umum meski dirinya sendiri harus menderita.
Kondisi bangsa saat ini adalah krisis pemimpin dan bukan krisis pimpinan.
Untuk menjadi pemimpin dibutuhkan waktu yang lama karena memakan proses, jika
dibaratkan seperti emas yang terbenam dalm lumpur yang pekat maka harus segera
di bersihkan agar memang ia terlihat sebagai barang yang berharga.
Proses-proses menuju pemunculan pemimpin-pemimpin bangsa ini yang terkadang
tidak jalan, betapa tidak banyak orang yang memang mau untuk lakukan itu.
Kita memang dijadikan untuk menjadi pemimpin seperti yang terkandung di
dalam surat Al-Baqarah ayat 30, namun pada kehidupannya kita cenderung lupa
bahwa kita itu pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban akan
perbuatan-perbuatan yang kita lakukan di dunia. Pemimpin itu harus melakukan
islah di muka bumi agar pengakuan kita terhadap Allah seperti yang tertuang
dalam surah Al-A’raf ayat 172 mengenai kesaksian kita terhadap Allah
sebagai Rabb menjadi benar-benar terealisir.
Bangsa ini sedang butuh pemimpin yang memang sesuai dengan pemahaman yang
sama yakni akan dimintai pertanggungjawaban. Tidak ada kata-kata lagi yang
harus dikedepankan selain, masihkah kita harus menunggu dipimpin oleh pimpinan
yang bukan memiliki jiwa pemimpin? kita harus sama-sama bangkit dari
keterpurukan dengan sadar bahwa kita itu pemimpin.
Syaikh Sayyid Quthub memberikan pemahaman bahwa seseorang akan meninggal
jika rizkinya memang telah habis dan tugasnya telah selesai. Tugasnya telah
selesai berarti kembali kepada pemahaman bahwa kita harus berusaha merdeka
sesuai tafsiran surat Al-Imran ayat 110 yakni sebuah makna kemerdekaan yakni
merdeka untuk menyatakan pendapat (amar ma’ruf), kemerdekaan untuk mengkritik
yang salah (nahi munkar) dan kemerdekaan untuk beriman kepada Allah (Tafsir Al
Azhar).
Seorang pemimpin harus berani tegakan amar ma’ruf nahi munkar dan menerima
untuk dikritik, seorang pemimpin tidak akan berani berkata saya capek saya mau
istirahat ketika memang belum terasa keadilan dan kesejahteraan yang dirasakan
mayarakat.
Dan pemimpin itu tidak akan menjual keadilan hanya untuk kepentingan
dirinya karena ia sadar bahwa Yasytaruna bi ayatil-lahi tsamanan qalila,
sehingga meski emas sebesar dunia ini diberikan ia tidak akan goyah untuk takut
melakukan amar ma’ruf nahi munkar.
Pemimpin itu harus menjadi pendengar setia dan penjaga keadilan untuk
kesejahteraan rakyatnya sehingga rakyat menjadi merasa tentram dan melakukan
yang terbaik karena memang mereka ikhlas dipimpin. (Ridwan).
Topik di atas kedengarannya aneh. Tetapi kenyataannya bisa terjadi. Artinya
ada manajer tetapi tidak mampu memimpin subordinasinya. Dia tidak mampu
menempatkan dirinya sebagai seorang pimpinan sekaligus menjadi seorang pemimpin
yang andal. Dengan kata lain seorang pimpinan yang tidak memiliki jiwa
kepemimpinan yang baik. Yang diteladani atau diikuti oleh bawahannya. Nah, apa
jadinya kalau suatu unit, dalam suatu tim kerja, dan pada tingkat manajemen
dalam organisasi tidak memiliki pemimpin dalam artian yang sebenarnya?
Hasil buruk pasti tak dapat dielakkan.
Berikut pendapat John C.Maxwell yang disarikan dari bukunya 360 degree
Leader. Menurutnya ada beberapa akibat kalau suatu organisasi, pada tiap
tingkatan, tak ada pemimpin,yaitu:
(1). Kehilangan visi.Jika suatu tim kerja mulai bekerja
dengan visi tertentu namun tanpa seorang pemimpin,hal ini akan menyulitkan.
Mengapa? Karena visi menjadi bolong sana bolong sini. Dan tanpa seorang
pemimpin, visi akan menimbulkan ketidak-teraturan dan tim bakal goyah hingga
kehilangan arah. Sebaliknya jika sebuah tim memiliki pemimpin tetapi tanpa
visi, bisa jadi tidak masalah karena akhirnya mereka akan membuatnya. Pemimpin
seperti itu disebut visioner. Pemimpin mengarahkan kerja tim sesuai dengan visi
tim.
(2). Keputusan-keputusan yang tertunda. Tidak semua pengambil keputusan
yang baik adalah pemimpin. Namun semua pemimpin yang baik adalah pengambil
keputusan. Kalau sesuatu mendorong seorang pemimpin untuk membuat keputusan dan
ternyata belum dilakukannya maka berarti ada penundaan. Lalu orang
lain membantunya untuk membuat keputusan yang lebih cepat.
(3). Beberapa agenda menumpuk. Ketika satu tim berkumpul dan
tidak seorang pun diketahui mana yang menjadi pemimpin maka semua individu
mulai menjalankan agenda mereka masing-masing. Dan tentunya tanpa ada
arahan dan komando dari seseorang. Agenda akhirnya menumpuk. Ketika mereka akan
menyatukan suara dan pekerjaannya maka ketika itu pula mereka membutuhkan
seorang pemimpin.
(4). Konflik meluas. Salah satu peran terpenting seorang
pemimpin adalah resolusi konflik. Ketidak-beradaan kepemimpinan menyebabkan
konflik semakin meluas dan merusak. Sering konflik mendorong seorang pemimpin
untuk melangkah dan turun tangan. Lalu membawa para individu yang
berkonflik untuk duduk dalam satu meja menyelesaikan konflik.
(5). Moral menurun. Napoleon pernah berkata “Leaders
are dealers in hope”. Ketika para pemimpin sedang tidak ada, para pengikutnya
kerap kehilangan harapan, dan moral mereka jatuh. Mengapa? Karena moral dapat
didefinisikan sebagai “faith in the leader at top”.
(6). Kinerja menurun. Mutu utama dari seorang pemimpin
adalah kemampuan membuat sesuatu menjadi kenyataan. Para pemimpin seharusnya
kreatif mendapatkan cara-cara menolong orang lain agar produktif. Bagaimana
seorang pemimpin patut menciptakan tantangan-tantangan, melatih, dan mendorong
atau memberi insentif agar para individu mampu bekerja dengan baik.
Uraian di atas menggambarkan keadaan bahwa organisasi tanpa adanya pemimpin
akan sia-sia. Dengan kata lain kehadiran seorang pemimpin pada semua tingkatan
organisasi adalah sangat penting. Keberhasilan suatu organisasi merupakan fungsi
dari kepemimpinan yang andal.
The Climb (Mandalay Bay) Casino - MapyRO
BalasHapusFind the cheapest and quickest way 성남 출장안마 to get from The Climb 성남 출장안마 (Mandalay Bay) Casino to The Climb (Mandalay 김해 출장마사지 Bay) Casino? Find the quickest way to get from The Climb (Mandalay Bay) 경주 출장안마 Casino? Find the 부산광역 출장안마 quickest way